KATEGORI

Belum ada Produk di keranjang kamu, yuk cari produk incaran kamu di sini!

[Anime Expo 2024] Laporan Penayangan Perdana Anime The Blue Wolves of Mibu

Penayangan perdana episode 1 The Blue Wolves of Mibu diikuti sesi tanya jawab sutradara dan produser animasi.

Menyebut kata “Shinsengumi” di hadapan sebagian besar penggemar
animanga, biasanya akan menimbulkan reaksi kekaguman yang lebih ke arah penghormatan historis dengan sedikit rasa nostalgia—bukan untuk para pendekar pedang itu sendiri, tapi untuk peran besar yang mereka mainkan dalam animanga. Terlepas dari semua kontroversi dan sepak terjang mereka dalam sejarah jepang, Shinsengumi sudah dianggap sebagai budaya pop populer. Mereka diromantisasi sebagai pendekar pedang elit, pelindung, pejuang keadilan, dan pembela. Kini, serial lain akan segera bergabung dalam deretan kisah tersebut. Blue Miburo atau yang dikenal sebagai The Blue Wolves of Mibu akan dijadwalkan tayang pada musim gugur tahun ini, tepatnya tanggal 12 Oktober 2024.

The Blue Wolves of Mibu di Anime Expo 2024

Hal tersebut diumumkan dalam Anime Expo 2024. Para penggemar yang rela bangun pagi untuk menyaksikan hari pertama Anime Expo 2024 mendapat kesempatan untuk melihat pemutaran perdana episode pertama The Blue Wolves of Mibu, diikuti sesi tanya jawab bersama sutradara Kumiko Habara dan produser animasi Hiroya Nakata.

The Blue Wolves of Mibu mengikuti kisah Shinsengumi dari awal di mana kelompok tersebut masih merupakan sub-faksi samurai tak bertuan yang awalnya disewa untuk melindungi Shogun. Mereka membentuk apa yang kemudian dikenal sebagai Miburo — ronin dari Mibu, cikal bakal dari Shinsengumi nantinya.

Serial ini juga menambahkan hal baru—alih-alih berfokus kepada kisah samurai, mereka meneliti era Bakumatsu melalui sudut pandang anak-anak.

Episode Pertama The Blue Wolves of Mibu

Pada episode pertama, penggemar animanga akan diperkenalkan dengan komandan Shinsengumi di dunia nyata, Hijikata Toshizou dan Okita Souji, yang sedang mengunjungi Kyoto pada tahun 1860-an. Saat tengah mengunjungi sebuah restoran, mereka mendengar gumaman tentang sekelompok penculik yang telah menculik anak-anak.

Di sini, seperti yang telah ditentukan oleh alur cerita, penonton juga akan diperkenalkan dengan dua anak yatim piatu yang dibesarkan oleh pemilik toko yang sudah tua—seorang gadis muda dan seorang anak laki-laki berambut putih bernama Nio. Anak-anak ini (yang tidak tahu menahu) digunakan sebagai umpan oleh Souji untuk memancing para penculik.

Seperti yang diduga, Nio marah setelah menyadari bahwa mereka telah dimanfaatkan—dalam pidato yang mengungkap kebijaksanaan di luar usianya, Nio membicarakan kerentanan anak-anak, cara mereka dipindahtangankan dan kemudian dibuang. Terlihat jelas ada trauma di balik amarahnya, yang mungkin akan terungkap di beberapa titik dalam serial ini. Nio paling membenci ketidakmampuannya untuk melindungi saudara perempuannya. Meskipun sempat terguncang atas kejadian tersebut, Nio tetap setuju untuk bergabung dengan Miburo dan dilatih bersama pemuda lainnya

Dilihat dari episode pertama tersebut, nampak serial ini memiliki banyak harapan. Tentu saja Titipers akan menemukan kisah romantis dari proto-Shinsengumi, ketampanan Toshio dan Souji yang kesan awalnya sedikit pemarah, dan iblis yang menyembunyikan keterampilan mematikannya dengan baik.

Serial ini juga menyajikan keseimbangan komedi dan drama, ada momen slapstick dengan pemilik toko yang mungkin akan terasa sangat dipaksakan. Ada juga contoh penjajaran nada antara Souji dan Toshizou yang terasa sedikit lebih wajar.

Behind The Scene The Blue Wolves of Mibu

Yuki Hayashi ditunjuk sebagai komposer karena dia berasal dari Kyoto sehingga dianggap dapat memahami apa yang diinginkan oleh Nakata dan Habara. Nakata dan Habara menginginkan Hayashi untuk memasukkan Instrumen tradisional Jepang yang dikombinasikan dengan beberapa lirik rap. Perpaduan tradisional dan modern ini akan dapat Titipers saksikan di opening song theme mereka. Rasanya seperti enkapsulasi yang baik dari apa yang mereka coba lakukan dengan seri ini—sebuah eksplorasi kontras yang memadukan antara sejarah, fiksi, komedi, drama gelap, pahlawan, dan non-pahlawan.

Selama produksi awal, Habara berusaha keras untuk mencapai akurasi, tidak hanya dengan materi sumber manga tetapi juga dengan latarnya. Ia bahkan sering mengunjungi Kyoto untuk melakukan penelitian dan mengambil inspirasi dari sejarahnya yang kaya. Habara menjelajahi area di mana masih ada rumah-rumah yang ditinggali para pendekar pedang dengan seksama. Dia ingin dapat me-reka ulang suasana tersebut dengan seakurat mungkin.

Ketika ditanya tentang pentingnya latar tersebut, Habara mengatakan, “160 tahun yang lalu, Kyoto adalah tempat di mana anak-anak tidak dapat hidup bebas tanpa rasa takut akan keselamatan mereka. Dengan mengajak anak-anak ini bekerja bersama Shinsengumi merupakan salah satu hal yang ingin kami berikan sebagai campuran antara fakta dan fiksi. Bagaimana jika kami melihat ini dari sudut pandang seorang anak?

Untuk siapapun yang kurang beruntung untuk menyaksikan pemutaran perdana The Blue Wolves of Mibu ini, kalian harus sabar menunggu hingga musim gugur untuk dapat menyaksikannya.

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

sumber: animenewsnetwork
©hak cipta gambar milik Tsuyoshi Yasuda, Komite Produksi KODANSHA

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang