10 Adegan Ikonik di Howl’s Moving Castle yang Bikin Pengen Nonton Ulang Lagi

Dibalut sihir, cinta, dan kastil berjalan, Howl’s Moving Castle menyimpan banyak momen dongeng yang manis dan tak terlupakan.
BLOG-Adegan Ikonik di Howl's Moving Castle-sampul

Sulit rasanya membicarakan film-film terbaik Studio Ghibli tanpa menyebut Howl’s Moving Castle. Film fantasi penuh keajaiban ini diangkat dari novel karya penulis Inggris, Diana Wynne Jones, dan disulap menjadi mahakarya visual oleh Hayao Miyazaki. Di dalamnya, kita diajak menyelami petualangan Sophie—gadis muda yang dikutuk menjadi nenek-nenek—dan Howl Pendragon, penyihir flamboyan dengan masa lalu kelam dan hati selembut bulu burung phoenix.

Howl’s Moving Castle bukan cuma kisah cinta dan sihir. Ia adalah paduan magis dari dongeng klasik, alegori anti-perang, dan romansa yang penuh kejutan. Film ini menampilkan banyak adegan ikonik yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga membekas di hati. Mulai dari kastil berjalan yang berderak, langit yang dipenuhi burung misterius, hingga perubahan bentuk yang memukau, semua terasa seperti mimpi yang ingin kita alami lagi… dan lagi.

Tapi andai kita bisa, adegan-adegan apa sih yang paling ingin kita tonton ulang seolah-olah itu pertama kalinya? Yuk, nostalgia bareng dalam daftar 10 adegan paling ikonik di Howl’s Moving Castle yang bikin kita pengen jatuh cinta lagi dengan dunia magisnya.

10. Sophie Menumpang Kastil Bergerak yang Menakjubkan untuk Keluar dari Stepa

Setelah dikutuk menjadi tua renta oleh penyihir Witch of Waste, Sophie memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pergi mencari keberuntungannya. Kastil ajaib adalah kiasan yang sering muncul dalam dunia fantasi, dan salah satu yang paling terkenal tentu saja kastil dalam dongeng Beauty and the Beast. Kastil Bergerak milik Howl memiliki banyak kemiripan dengan konsep tersebut, dimulai dari sifatnya yang misterius, mengembara tanpa arah pasti, dan dipenuhi kekuatan magis yang sulit dipahami.

Sophie berjalan seorang diri di padang rumput yang disebut Waste, hanya ditemani tongkat kayunya. Tak ada cerita rakyat atau desas-desus yang bisa mempersiapkannya untuk melihat wujud asli dari kastil milik penyihir terkenal Howl Pendragon. Bangunan besar itu bergerak seperti makhluk hidup, terbuat dari bagian-bagian yang tampak mustahil, dengan gaya visual yang mendekati steampunk. Ketika Sophie akhirnya menaiki kastil tersebut, ia mulai mengungkap rahasia-rahasia di dalamnya, layaknya tokoh utama dalam kisah dongeng, dan menyadari bahwa penampilan anehnya hanyalah permukaan dari sesuatu yang jauh lebih dalam dan kompleks.

9. Orang-orangan Sawah Mengungkap Identitas Aslinya Sebagai Pangeran Tampan

Ciri khas Studio Ghibli adalah kehadiran makhluk-makhluk unik yang aneh namun menggemaskan. Makhluk-makhluk ini biasanya memiliki sisi magis dan misterius, serta cenderung menunjukkan niat baik mereka melalui tindakan atau ekspresi yang ambigu. Orang-orangan sawah yang ditemui Sophie di padang rumput adalah salah satunya. Sophie menjulukinya Turniphead, dan sejak pertemuan pertama, makhluk berkepala lobak ini muncul berkali-kali di sepanjang cerita. Meskipun tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun, gerak-geriknya yang lincah dan membantu menunjukkan bahwa ia benar-benar peduli pada Sophie.

Di bagian akhir Howl’s Moving Castle, penonton akhirnya mengetahui bahwa Turniphead bukan sekadar makhluk unik biasa. Saat Sophie menciumnya sebagai bentuk terima kasih, terjadi keajaiban di mana kutukan yang menjerat Turniphead terlepas, dan ia berubah menjadi seorang pangeran tampan bernama Justin yang telah lama hilang. Adegan ini membalik dua kiasan dongeng sekaligus, termasuk kiasan pangeran yang menyamar, dan kiasan ciuman cinta sejati. Namun, ciuman itu tidak berujung pada kisah cinta yang bahagia selamanya. Pangeran Justin justru membungkuk dengan sopan dan memilih untuk pergi, mengejar nasibnya sendiri, meninggalkan Sophie yang telah menjalani kisahnya dengan Howl.

8. Sophie dan Lettie Menunjukkan Dinamika Kakak-Adik yang Manis dan Tak Terduga

Dongeng sering kali memberikan karakteristik tertentu kepada para saudara perempuan, terutama berdasarkan urutan kelahiran mereka. Biasanya, si bungsu digambarkan sebagai yang paling cantik, paling berbakat, dan paling berhati mulia. Howl’s Moving Castle sebagai adaptasi dari novel Diana Wynne Jones, sejak awal menggoda kiasan ini. Dunia Sophie Hatter sendiri seolah hidup dalam struktur dongeng yang membatasi: sebagai anak sulung, ia percaya bahwa dirinya ditakdirkan gagal, sementara si bungsu akan menjadi sosok ideal—cantik, berbakat, dan penuh keberuntungan. Lettie, adik Sophie, langsung dikenalkan dalam film sebagai sosok yang lebih mencolok dan memikat secara sosial, sesuai ekspektasi khas dongeng.

Namun film ini segera membalikkan ekspektasi tersebut. Meskipun Sophie digambarkan sebagai gadis pemalu yang merendah, ia justru menjadi tokoh utama yang kuat, penuh empati, dan mampu mematahkan kutukan-kutukan besar. Dalam adegan awal ketika mereka berbicara di toko kue, percakapan Sophie dan Lettie menyentuh banyak hal sekaligus, dari eksposisi dunia hingga dinamika karakter. Yang paling menonjol, tentu saja, adalah kedalaman hubungan mereka. Alih-alih menjadi saingan seperti dalam banyak dongeng lain, Sophie dan Lettie memperlihatkan kasih sayang yang tulus sebagai kakak-adik. Interaksi ini membuktikan bahwa kisah mereka lebih manusiawi dan kompleks daripada sekadar mengikuti pola cerita klasik.

7. Witch of the Waste Berhadapan dengan Sophie di Toko Topi

Banyak kisah fantasi klasik dimulai dengan penyihir atau peri jahat yang melemparkan kutukan pada sang protagonis. Konsep ini mungkin berakar dari mitologi Yunani dan Romawi, di mana para dewa dan dewi kerap mengutuk manusia yang meremehkan mereka atau mengancam harga diri ilahi mereka. Begitu juga dengan kehidupan Sophie Hatter yang tenang dan membosankan berubah drastis ketika Witch of the Waste, yang luar biasa dan jahat, mendatanginya di toko topinya.

Witch of the Waste merasa diremehkan oleh Sophie, terutama karena Howl, penyihir tampan yang ia incar, menunjukkan perhatian pada gadis itu. Dalam kobaran api cemburu, Witch of the Waste menjatuhkan kutukan kejam yang membuat Sophie menua puluhan tahun dalam sekejap. Sophie terkejut saat menatap tangannya yang keriput karena usia. Kutukan ini, dan motivasi jahat yang melatarbelakanginya, mengingatkan kita pada tokoh-tokoh seperti Carabosse dalam Sleeping Beauty dan ibu tiri jahat dalam Snow White. Para wanita kuat yang menggunakan sihir untuk menghukum, bukan melindungi.

6. Keberanian Sophie Membantu Howl Menemukan Keberaniannya

Raja Ingary adalah sosok penguasa militeristik yang ambisius dan seorang lalim penuh hasrat perang yang telah lama mengincar Howl. Dia menuntut agar Howl dan seluruh penyihir lainnya tunduk padanya, meminjamkan seluruh kekuatan dan keberaan mereka sebagai tentara untuk perangnya. Howl sendiri sangat enggan membicarakan perang. Dia takut menentang sang raja, dan Calcifer memperingatkan dia bahwa jika ia terjun ke medan perang, ia akan kehilangan sisi kemanusiaannya.

Howl memang bukan sosok yang dikenal karena keberaniannya, dan itulah yang membuatnya menjadi karakter yang luar biasa. Ia memiliki banyak kekurangan, dan titik balik terbesar dalam pengembangan karakternya terjadi saat ia akhirnya memberanikan diri menghadapi Penyihir Kerajaan, Mada Suliman, di istana raja. Momen ini menjadi pertanda awal bahwa Howl memiliki keberanian yang tersembunyi, dan bahwa ia mampu berubah. Perubahan ini pula yang membuatnya makin pantas dan layak untuk disayangi oleh Sophie.

5. Howl Memberi Sophie Rumah di Padang Bunga

Salah satu aspek paling penting dalam perkembangan karakter Sophie di Howl’s Moving Castle adalah perjalanannya untuk mulai melihat keindahan dan nilai yang ada di dalam dirinya sendiri. Bagian dari proses itu adalah belajar memahami bagaimana orang lain melihatnya. Hubungan antara Sophie dan Howl menjadi begitu menawan karena mereka saling melengkapi, saling menyembuhkan, dan saling mengungkapkan kebaikan yang tersembunyi satu sama lain. Momen ketika Howl menghadiahkan Sophie sebuah rumah sederhana namun indah di tengah padang bunga yang rimbun menjadi simbol yang kuat dari perkembangan mereka, baik sebagai individu, maupun sebagai pasangan.

Howl tidak hanya ingin memberi sesuatu yang indah kepada Sophie, ia juga ingin memberinya rasa aman. Rumah itu bisa menjadi tempat tinggalnya, dan bunga-bunga liar yang mekar di sekelilingnya dapat menjadi bekal bagi Sophie untuk membuka kembali toko topinya. Adegan ini menggunakan bahasa dongeng yang indah, mirip dengan cerita Beauty and the Beast, di mana Beast memberikan hadiah-hadiah ajaib kepada Beauty untuk menunjukkan ketulusan cintanya. Dalam versi dongeng-dongeng klasik, hadiah seperti cincin atau cermin bahkan bisa memberinya kebebasan untuk pergi dari kastil, sebuah tanda bahwa cinta sejati tak pernah bersifat memaksa. Begitu pula hadiah Howl, terasa tulus, tidak egois, dan penuh makna.

4. Howl Berjalan di Udara Bersama Sophie

Perkenalan Howl dengan Sophie dalam Howl’s Moving Castle mungkin adalah salah satu pembuka paling ikonik dalam sejarah film Studio Ghibli. Saat itu Sophie sedang berjalan seorang diri menyusuri jalan di kota asalnya, ketika sekelompok tentara kerajaan menghentikannya dan mulai mengganggunya. Mereka tampaknya senang melihat Sophie ketakutan, tapi sebelum mereka sempat menakut-nakutinya, seorang pria tampan tiba-tiba muncul dan merangkul Sophie dengan santai dan menyelamatkannya.

Pria itu, tak lain adalah Howl, dengan mudah menggunakan sihirnya untuk menyingkirkan para tentara dan membawa Sophie menjauh. Tapi Howl tidak hanya menyelamatkan Sophie—dengan gayanya yang flamboyan, ia membuat momen itu menjadi luar biasa. Dalam salah satu adegan paling menawan dalam film, ia mengajak Sophie berjalan di udara, melayang bersama di atas kota dengan langkah ringan seolah bumi tak lagi memegang kendali. Studio Ghibli menyulap konsep penyelamatan klasik menjadi sesuatu yang benar-benar magis—baik secara visual maupun emosional—dan secara harfiah mengangkat momen cinta pertama mereka ke langit yang penuh keajaiban.

3. Sophie Menemukan Howl dalam Wujud Binatangnya

Menjelang klimaks Howl’s Moving Castle, saat konflik mulai mencapai titik genting, Sophie mendapati dirinya mengikuti jejak Howl yang menghilang ke dalam sebuah terowongan misterius. Terowongan ini bukan sekadar lorong biasa, tapi merupakan manifestasi dari alam bawah sadar Howl, ruang batin yang dipenuhi dengan potongan-potongan kenangan, rasa takut, dan trauma masa lalu. Di sinilah Sophie menemukan Howl dalam bentuknya yang paling liar dan rapuh: seekor makhluk bersayap hitam dengan wujud menyerupai burung gagak, jauh dari sosok manusia tampan yang dikenalnya.

Meski wujud Howl mengerikan, Sophie tak mundur sedikit pun. Ia melihat penderitaan dalam diri Howl, dan justru memilih untuk tetap tinggal bersamanya. Dalam adegan penuh emosi ini, Sophie menyatakan keyakinannya—bahwa ia masih percaya pada Howl, dan akan terus memperjuangkannya selama Howl juga mau terus berjuang. Aksi Sophie yang tetap merawat dan menyayangi Howl meski dalam bentuk paling menakutkan adalah cerminan kuat dari tema cinta tanpa syarat. Momen ini juga berfungsi sebagai paralel yang indah terhadap dongeng klasik Beauty and the Beast, di mana cinta dan penerimaan tulus mampu melampaui rupa luar dan menyembuhkan luka yang tersembunyi jauh di dalam hati.

2. Howl Menunjukkan Shopie Betapa Konyolnya Dia

Di awal Howl’s Moving Castle, reputasi Howl sudah lebih dulu sampai ke telinga Sophie dan bukan dalam cara yang mengesankan. Melalui adiknya, Lettie, Sophie mendengar desas-desus bahwa Howl adalah penyihir tampan yang disebut-sebut sebagai “pemakan hati perempuan.” Julukan itu tidak hanya menandakan daya tariknya yang luar biasa, tetapi juga memperkuat gambaran bahwa Howl adalah pria yang akan menghancurkan hati siapa saja yang jatuh cinta padanya. Bahkan murid kecilnya, Markl, mengonfirmasi bahwa Howl punya kebiasaan berkencan dengan banyak wanita, dan tampaknya cukup bangga akan reputasi itu.

Namun, begitu Sophie mengenalnya lebih dekat, semua pesona megah Howl mulai runtuh satu per satu. Di balik wajah tampan dan sihir yang mencengangkan, tersembunyi sosok pria yang manja, emosional, dan sangat bergantung pada hal-hal kecil seperti warna rambutnya. Momen ketika Sophie secara tidak sengaja mencampur ramuan mandi Howl adalah titik balik yang lucu sekaligus menyentuh. Bukannya marah, Howl malah meratap seperti anak kecil karena warna rambutnya berubah. Adegan ini menumbangkan arketipe penyihir agung yang misterius dan berbahaya, dan menggantikannya dengan pria yang sebenarnya hanya ingin diterima dan dicintai apa adanya—dan mungkin butuh sedikit dibimbing untuk jadi dewasa.

1. Sophie Mengembalikan Hati Howl

Tepat saat segalanya terasa nyaris berakhir, ketika Witch of the Waste berhasil mencuri hati Howl, Sophie akhirnya menyadari kunci untuk mematahkan kutukan yang mengikat Howl dan Calcifer selama ini. Dengan penuh kelembutan dan keberanian, Sophie mengembalikan hati Howl ke tempat semestinya, yakni ke dada pria yang kini sangat dicintainya. Momen itu terasa magis dan sangat personal, karena bukan hanya menjadi penyelesaian dari sihir gelap yang mengikat mereka, tapi juga simbol bahwa Sophie benar-benar memahami dan menerima Howl apa adanya, dengan segala kerumitan dan ketidaksempurnaannya.

Setelah jantungnya berdetak kembali, Howl tersadar dan dengan tenang menyambut Sophie. Mereka tidak membuang waktu untuk saling mengungkapkan perasaan yang sejak lama terpendam. Momen cinta mereka terasa klasik dan indah, seperti dongeng-dongeng lama yang berakhir dengan “bahagia selamanya”. Tapi yang membuat kisah ini istimewa, mereka tidak tiba-tiba menjadi sempurna, melainkan dua jiwa rapuh yang saling menyembuhkan. Kisah mereka tak benar-benar berakhir di sini, karena masih berlanjut di dua sekuel novel karya Diana Wynne Jones yang mengembangkan hubungan mereka lebih jauh.


Howl’s Moving Castle bukan sekadar kisah cinta atau petualangan magis biasa. Ia mengajarkan kita bahwa keberanian, penerimaan diri, dan cinta yang tulus bisa mematahkan kutukan sekuat apa pun. Dari kastil berjalan yang unik, cinta yang tumbuh perlahan, hingga karakter-karakter ajaib yang penuh kejutan, film ini adalah dongeng modern yang akan terus hidup dalam hati para penontonnya. Dan siapa tahu, seperti Sophie dan Howl, mungkin kita semua hanya butuh satu petualangan ajaib untuk benar-benar menemukan diri kita.

Sumber: CBR
©Hak cipta gambar milik Studio Ghibli/Hayao Miyazaki

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang