Nasib Tragis dan Heroik Setiap Hashira di Akhir Demon Slayer—Siapa yang Tewas dan Siapa yang Selamat?

Pada awal kemunculannya di Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba, para Hashira tampil bak legenda hidup—tokoh misterius, kuat, dan penuh wibawa yang hanya muncul sesekali. Mereka adalah pilar kekuatan Demon Slayer Corps, sosok yang bahkan mampu membuat iblis tingkat tinggi berpikir dua kali sebelum menyerang. Dari kesan pertama yang begitu menakutkan hingga pertarungan akhir yang menentukan, para Hashira telah menjadi bagian penting dalam perjalanan Tanjiro dan kawan-kawan.
Namun, seperti yang bisa ditebak dalam dunia yang dipenuhi iblis dan pertarungan brutal, tidak semua Hashira berhasil bertahan hingga akhir. Seiring cerita bergulir dan konflik memuncak, satu per satu Hashira menghadapi nasib mereka—ada yang gugur secara heroik, ada pula yang cukup beruntung untuk menyaksikan dunia tanpa Muzan.
Berikut adalah ringkasan menyentuh dan penuh aksi tentang bagaimana akhir hidup (atau kelangsungan hidup) setiap Hashira saat kisah Demon Slayer mencapai puncaknya.
Nasib Akhir Setiap Hashira di Demon Slayer
BACA JUGA:
Kyojuro Rengoku – Hashira Api

Kyojuro Rengoku adalah Hashira pertama yang mendapat sorotan penuh dalam Demon Slayer, khususnya dalam arc Mugen Train. Sebagai Hashira Api, Kyojuro menunjukkan keberanian luar biasa saat menyelamatkan lebih dari 200 penumpang dari kereta yang tergelincir usai pertarungan Tanjiro dengan Enmu, iblis Lower Rank One. Sayangnya, momen heroik itu segera disusul pertarungan tragis melawan Akaza, Upper Rank Tiga, yang berakhir dengan kematian Kyojuro. Meski nyawanya terenggut, keberanian dan semangatnya membuat Akaza harus kabur. Bukti nyata betapa mengintimidasi sosok Rengoku bahkan bagi iblis sekelas Upper Moon.

Warisan Rengoku tidak berakhir di medan tempur. Semangatnya terus hidup di hati mereka yang ditinggalkan, termasuk Tanjiro Kamado dan sesama Hashira, Tengen Uzui. Sebagai penghormatan, Tanjiro bahkan menempelkan gagang pedang Kyojuro pada bilah Nichirin miliknya, simbol literal akan pengaruh dan inspirasi sang Hashira Api. Meski sebagian penggemar berharap Rengoku gugur dalam pertempuran klimaks melawan Muzan, pengorbanannya di Mugen Train tetap dianggap layak dan menggetarkan. Ia gugur dengan martabat tinggi—bukan hanya sebagai pejuang, tetapi sebagai pilar harapan bagi para pembasmi iblis.
Tengen Uzui – Hashira Suara

Tengen Uzui, sang Hashira Suara yang flamboyan, menjadi pusat perhatian dalam arc Entertainment District. Dalam misi berbahaya melawan iblis bersaudara Daki dan Gyutaro, Tengen bertarung habis-habisan hingga nyaris kehilangan nyawanya. Ia kehilangan satu tangan dan satu mata dalam duel brutal dengan Gyutaro, dan selamat karena bantuan Nezuko yang menggunakan Blood Demon Art untuk menetralkan racun. Setelah pertempuran, Tengen yang sudah tidak lagi dalam kondisi tempur memutuskan untuk pensiun dari Demon Slayer Corps, memilih untuk menghabiskan hidup bersama ketiga istrinya dalam kedamaian yang telah lama mereka cari.
Meski pensiun, peran Tengen belum sepenuhnya usai. Ia muncul kembali dalam arc Hashira Training, menjadi yang pertama melatih anggota Korps muda dalam persiapan melawan ancaman besar. Di arc Infinity Castle, Tengen turut berjaga di luar markas besar Korps bersama Shinjuro Rengoku, sementara Kiriya Ubuyashiki mengawasi pertempuran melawan Muzan dan Upper Rank. Setelah kekalahan Muzan, Tengen sempat menjenguk Tanjiro yang terluka parah dan mengundangnya untuk berkunjung suatu saat nanti.
Shinobu Kocho – Hashira Suara

Shinobu Kocho awalnya diperkenalkan sebagai sosok Hashira yang selalu tersenyum dan berkepala dingin, tetapi sebenarnya menyimpan dendam yang mendalam terhadap para iblis. Dendam ini terutama tertuju pada Doma, Upper Rank Two yang telah membunuh kakaknya, Kanae. Saat akhirnya berhadapan langsung dengannya di arc Infinity Castle, Shinobu dengan cepat kalah dan dimangsa oleh Doma. Meski terlihat seperti akhir yang tragis, kematiannya ternyata adalah bagian dari rencana yang sudah ia susun jauh-jauh hari.
Shinobu telah menyiapkan dirinya menjadi senjata hidup. Ia mengisi tubuhnya dengan 37 kilogram racun Wisteria untuk menjadikan dirinya umpan mematikan. Ketika Doma memakannya, racun itu langsung menggerogoti tubuhnya dari dalam. Meski tidak bisa membunuh Doma secara langsung, Shinobu membuka jalan bagi Kanao dan Inosuke untuk menghabisinya. Dalam kematiannya, Hashira Serangga ini tetap setia pada misinya: memastikan iblis pembunuh kakaknya tidak hidup lebih lama.
Muichiro Tokito – Hashira Kabut

Muichiro Tokito adalah Hashira termuda di Demon Slayer Corps, tetapi usianya yang masih belia tidak menghalanginya untuk menjadi salah satu pendekar pedang paling mematikan. Kebangkitan Tanda Pembunuh Iblis miliknya bahkan menjadi pemicu bagi Hashira lainnya untuk mengejar kekuatan serupa. Sayangnya, kejayaannya tidak bertahan lama. Dalam arc Infinity Castle, Muichiro bertarung mati-matian melawan Kokushibo, Upper Rank One sekaligus leluhur jauhnya. Pertarungan mereka menjadi salah satu yang paling brutal dalam seri, dengan Tokito kehilangan lengan, kaki, dan akhirnya nyawanya.
Namun sebelum menghembuskan napas terakhir, Hashira Kabut ini memberikan luka yang mematikan pada Kokushibo dengan katana Nichirin berwarna merah menyala, sehingga memberi peluang yang cukup bagi Sanemi dan Gyomei menyelesaikan pertarungan. Meski tubuhnya hancur hampir sepenuhnya, kepala Tokito masih menempel pada batang tubuhnya saat ia menghembuskan napas terakhir—adegan memilukan untuk akhir dari karakter favorit para penggemar.
Gyomei Himejima – Hashira Batu

Gyomei Himejima, Hashira Batu sekaligus yang terkuat di antara para Pilar, menjadi salah satu tokoh penting dalam pertempuran terakhir Demon Slayer. Sebelum masuk ke Infinity Castle, Gyomei sudah memanifestasikan Tanda Pembasmi Iblis—sebuah kekuatan spesial yang meningkatkan kemampuan fisik secara drastis. Namun, ada satu syarat tragis: siapa pun yang membangkitkan tanda ini pasti akan mati sebelum usia 25 tahun. Gyomei sendiri saat itu sudah berusia 27, membuat takdirnya terasa tidak terelakkan sejak awal.
Meski mengetahui ajalnya sudah dekat, Gyomei tidak mundur selangkah pun. Ia memainkan peran penting dalam menjatuhkan Kokushibo, lalu maju ke medan pertempuran terakhir melawan Muzan bersama para Hashira tersisa. Selama pertempuran itu, kaki kirinya hilang akibat serangan Muzan. Setelah Muzan dikalahkan, Gyomei akhirnya meninggal karena luka-lukanya dan efek dari Tanda Pembasmi Iblis. Ia menghembuskan napas terakhir dalam ketenangan, dikelilingi oleh bayangan anak-anak yatim yang dulu ia rawat.
Igura Obanai & Mitsuri Kanroji – Hashira Ular & Hashira Cinta

Iguro Obanai dan Mitsuri Kanroji menjadi dua Hashira yang paling menonjol dalam pertarungan klimaks di arc Infinity Castle. Sejak awal, keduanya bertarung sebagai satu tim melawan Nakime, Upper Rank Empat yang mampu mengubah struktur kastil secara instan menggunakan Blood Demon Art-nya. Namun, strategi mereka terus digagalkan oleh kekuatan Nakime yang menyulitkan mereka untuk mendekat. Situasi berubah drastis saat Muzan sendiri turun tangan dan membunuh Nakime, lalu mulai menyerang langsung para Hashira.
Mitsuri terluka parah dalam waktu singkat, memaksa Iguro untuk melindunginya sambil terus bertempur. Meski tubuhnya juga mulai kehabisan tenaga, Iguro tetap berada di garis depan bersama Tanjiro untuk menghentikan pelarian Muzan. Setelah sang Raja Iblis akhirnya dikalahkan, Iguro menemukan Mitsuri yang sekarat dan menggendongnya. Setelah saling mengungkapkan perasaan cinta yang selama ini dipendam, Mitsuri dan Iguro menutup mata untuk terakhir kalinya dalam pelukan masing-masing.
Sanemi Shinazugawa – Hashira Angin

Sanemi Shinazugawa adalah salah satu dari sedikit Hashira yang bertahan hidup dalam pertempuran klimaks di arc Infinity Castle. Bersama Gyomei, Hashira Angin ini berhasil mengalahkan Kokushibo, meski harus kehilangan beberapa jari dalam prosesnya. Namun, kemenangan itu terasa pahit. Saat Sanemi tersadar dari pingsannya, ia harus menyaksikan sendiri kematian adik tercintanya, Genya, yang tubuhnya perlahan hancur menjadi abu seperti iblis pada umumnya.
Sanemi selamat dari pertarungan melawan Muzan. Dalam kondisi antara hidup dan mati, Sanemi sempat bertemu kembali dengan keluarganya di alam baka. Namun, ketika ia hendak bergabung dengan mereka, roh ayahnya justru mengusirnya kembali ke dunia. Meski selamat, takdir Sanemi tetap tragis. Seperti Hashira lain yang membangkitkan Tanda Pembasmi Iblis, hidupnya dipastikan akan berakhir sebelum ulang tahunnya yang ke-25.
Giyu Tomioka – Hashira Air

Sebagai Hashira Air, Giyu Tomioka termasuk salah satu dari sedikit Pilar yang selamat hingga akhir cerita. Ia terlibat langsung dalam dua pertarungan besar—melawan Akaza dan kemudian Muzan. Meskipun pedangnya patah dan ia kehilangan satu lengan saat menghadapi Muzan, Giyu tetap bertarung tanpa ragu di sisi Tanjiro dan para Hashira lainnya.
Namun, perjuangan belum berakhir di situ. Ketika Tanjiro berubah menjadi iblis, Giyu adalah orang yang berusaha menghentikannya tanpa menyakiti siapa pun. Ia percaya Tanjiro masih bisa kembali. Setelah segalanya usai dan ancaman iblis benar-benar berakhir, Giyu menghadiri pertemuan terakhir Korps Pembasmi Iblis bersama Sanemi. Meski terlihat tenang, Giyu tahu betul bahwa munculnya Tanda Pembasmi Iblis di tubuhnya membuat hidupnya tidak akan bertahan lama.
Setiap Hashira yang Gugur Melawan Muzan Akan Bereinkarnasi
Di chapter terakhir Demon Slayer, yang mengambil latar waktu beberapa generasi setelah cerita utama berakhir, para karakter favorit kita muncul kembali dalam bentuk keturunan atau reinkarnasi mereka. Semangat Kyojuro Rengoku, misalnya, hidup dalam diri Tojuro Rengoku—keturunan dari adiknya, Senjuro. Tojuro pun bersahabat dengan Sumihiko Kamado, keturunan langsung dari Tanjiro. Di sisi lain, keturunan Tengen Uzui, Tenma Uzui, tampil mencolok sebagai atlet senam peraih medali emas Olimpiade—masih seterang dan seheboh leluhurnya.
Tak hanya itu, kita juga diperlihatkan reinkarnasi Shinobu dan Kanae Kocho yang berjalan berdampingan sebagai siswi sekolah menengah. Gyomei, yang dikenal suka anak-anak, kembali dalam wujud guru TK yang sedang bergulat dengan siswa-siswanya.

Bahkan, bayi kembar yang sedang didorong kereta dorong diyakini sebagai reinkarnasi Muichiro dan kakaknya, Yuichiro.

Mitsuri dan Iguro? Mereka akhirnya membuka toko roti bersama, memenuhi janji manis mereka di akhir hayat.

Sementara itu, Sanemi yang selamat, tampaknya punya keturunan yang kini jadi polisi—bersama seorang rekan yang tak lain adalah reinkarnasi Genya.

Penutup yang hangat dan menyentuh ini seolah jadi cara terbaik bagi Demon Slayer untuk menghormati para Hashira yang telah berkorban demi terciptanya dunia tanpa iblis. Kini, mereka akhirnya bisa hidup damai… sebagai orang biasa.
Sumber: CBR
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang
Creative Sound Blaster GC7 DAC Amplifier
Tamatoys - Ear Licking Office Lady Yugi Asase Saliva Lotion
Eroge My Wife and I Have a Horny Sex Diary ~My Tutor is the Beautiful Wife Next door~
Disney Cars Tomica C-21 Lightning McQueen (Cars 3 Standard Type)