Review Film Ghibli Ponyo on the Cliff by the Sea [2009] – Kisah Persahabatan
Satu lagi film animasi Ghibli yang akan kita bahas, Ponyo on the Cliff. Film yang sangat menghibur semua kalangan. Cocok buat anak-anak juga karena kisahnya mirip kisah putri duyung.
Ponyo on the Cliff adalah film animasi fantasi karya Hayao Miyazaki yang dirilis pada 19 Juli 2009 di Jepang dan tayang di Indonesia pada 1 Juli 2017 dengan durasi 100 menit. Selain sebagai sutradara, Miyazaki juga merangkap sebagai produser dan juga penulis. Kisah Ponyo diadaptasi dari kisah legendaris The Little Mermaid Karya Hans Christian Anderson. Film ini membawa pendapatan boxoffice sebesar 204,8 USD dan memenangkan penghargaan Academy Award Jepang untuk film Animasi Terbaik dan beberapa nominasi lainnya.
BACA JUGA: 11 Film Hayao Miyazaki: Animator Legendaris dari Jepang
SINOPSIS
Suatu pagi di dekat rumahnya di tepi pantai, Sosuke yang berusia lima tahun menemukan seekor ikan mas yang dia beri nama Ponyo, kepalanya tersangkut di stoples selai. Dia menyelamatkannya, dan terpesona satu sama lain, mereka berjanji untuk tetap berteman. Ketika ayah Ponyo, seorang penyihir bawah air yang kuat, memaksanya untuk kembali ke kedalaman laut, Ponyo bertekad untuk bergabung dengan Sosuke di permukaan dan menjadi manusia.
Bagaimana kisahnya?? Bisa Titipers saksikan di Netflix atau HBO. Jadi jangan lupa di tonton ya!
PERCAMPURAN DUNIA NYATA DAN FANTASI
Film Ponyo on the Cliff memadukan antara dunia nyata dan fantasi. Banyak fenomena-fenomena yang gak lazim yang terjadi tanpa penjelasan apapun. Hal itu bahkan tidak dipertanyakan, seperti misalnya ketika Ponyo berubah dari sosok ikan menjadi seorang anak kecil yang imut-imut yang kadang berkaki tiga seperti ayam kadang berkaki seperti manusia. Atau ketika ikan-ikan menjadi besar dan air laut menenggelamkan kota (bahkan tidak ada korban jiwa). Semua hal itu terasa seperti hal yang biasa saja di kota itu.
Meskipun ada rasa aneh, tapi terasa sangat bisa dinikmati secara asyik dan ringan. Film ini penuh dengan keceriaan dan kelucuan. Petualangan kedua bocah ini untuk menemukan ibu Sousuke juga terasa magic. Banyak makhluk-makhluk laut yang tiba-tiba mengisi seluruh kota dari yang kuno hingga yang masa kini tidak terkesan mengerikan melainkan menyenangkan.
Grafis animasinya mulus dan detail hingga terasa nyata membuat saya terpesona.
PERSAHABATAN YANG TULUS
Seperti yang kita tahu dalam kisah The Litthe Mermaid. Sebagai ganti mengubah ekor ikannya menjadi sepasang kaki, sang putri duyung dikutuk akan menjadi buih jika cintanya tak berbalas. Ponyopun demikian, untuk mendapatkan restu sang ayah bunda, ia dikutuk akan menjadi buih jika Sousuke tidak bisa menerimanya apa adanya.
Tapi, Sosuke berhasil membuktikan ketulusannya. Ia tidak pernah memandang seperti apa Ponyo sejak pertemuan pertama mereka. Mau berbentuk ikan, atau manusia ikan, atau manusia sempurna. Kalau saya melihat sosok Sousuke, ia memiliki karakter anak kecil yang polos dan tulus, masih pure belum ternoda dengan kebusukan-kebusukan duniawi.
Ponyo on the Cliff dibuat menggunakan metode tradisional dengan cara digambar secara manual. Tidak heran hasil dan kualitasnya menjadi sangat istimewa. Buah karya yang dibuat dengan kesungguhan hati ini tidak akan mengecewakan untuk ditonton.
Itu dia Titipers sekilas review film animasi Ghibli Ponyo on the Cliff.
BACA JUGA: Daftar Lengkap Judul Film Anime Studio Ghibli
Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber gambar : IMDb
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang