Tradisi Jepang di Bulan April: Dari Merayakan Kelahiran Buddha, Melihat Wisteria, hingga Menikmati Bonito Pertama
Tradisi Jepang yang dilaksakan pada bulan April meliputi kanbutsue yang menandai kelahiran Buddha Gautama, menikmati pemandangan bunga wisteria yang berwarna-warni, menikmati bonito pertama di musim tersebut, dan tradisi bulan april lainnya.
Seperti yang diketahui, Jepang merupakan negara empat musim dengan banyak acara tradisional dan hari libur yang diselenggarakan sepanjang tahun setiap tahunnya untuk merayakan pergantian musim. Seiring dengan perkembangan musim, Titipers juga bisa melihat perubahan pada makanan yang dihidangkan di Jepang karena warga Jepang menyukai makanan yang dibuat menggunakan bahan musiman yang segar. Salah satu cara untuk menikmati perjalanan Titipers di Jepang adalah dengan mengetahui jadwal acara dan festival serta adat dan budaya setempat. Dalam artikel berikut, tim TJ akan membahas beberapa tradisi Jepang di bulan April yang telah dilakukan warga Jepang selama berabad-abad.
BACA JUGA: 10 Tempat Terbaik Musim Gugur di Jepang pada Bulan November
TRADISI JEPANG DI BULAN APRIL
Hari Showa
Hari Showa menjadi satu-satunya hari libur resmi Jepang di bulan April. Hari ini menjadi hari untuk memperingati ulang tahun Kaisar Showa yang sudah berjalan sejak tahun 1948. Sebelumnya dinamakan sebagai “Hari Ulang Tahun Kaisar”, namun berubah menjadi “hari hijau” sepeninggal Kaisar tersebut sebagai bentuk ucapan terima kasih atas berkah alam. Sejak tahun 2007, hari tersebut diubah menjadi Hari Showa karena adanya revisi undang-undang. Hari Showa dirayakan pada 29 April setiap tahunnya.
Hari Anpan
Titipers pasti sudah mengenal panganan satu ini. Anpan, roti dengan isi pasta kacang merah yang sangat populer di Jepang dan konon pencetusnya adalah toko roti Kimuraya yang ada di Ginza.
Zaman dulu kala, di tahun 1975, roti anpan Kimuraya konon digunakan sebagai persembahan kepada Kaisar Meiji ketika melihat bunga sakura. Sejak saat itu, Kimuraya membuka banyak cabang di Jepang dan mendapatkan popularitas luar biasa yang menyebar hingga ke seluruh negara. Tanggal 4 April adalah hari di naman roti anpan pertama diberikan sebagai hadiah persembahan, diregistrasikan sebagai “hari anpan” di tahun 2001.
BACA JUGA: Vending Machine Halal Indonesia Pertama di Jepang: Promosikan Kuliner Khas Indonesia!
BACA JUGA: Bikin Heboh! Ramen Cappucino Jadi Sangat Populer di Jepang
BACA JUGA: 10 Es Krim Terpopuler Jepang, Kamu Sudah Pernah Coba?!
Festival Bunga (Hanamatsuri)
Pada bulan April, banyak kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Jepang. Salah satu tradisi Jepang yang dirayakan oleh seluruh kuil Buddha di Jepang adalah kanbutsue, yang memperingati kelahiran Siddharta Gautama, pendiri agama Buddha. Festival ini menampilkan kuil-kuil kecil yang disebut hanamido (ruang bunga) yang dihias oleh jamaah dnegan bunga peony dan iris Jepang. Oleh karena itu, perayaan tersebut kemudian dikenal sebagai hanamatsuri, atau festival bunga. Sebutan ini diciptakan oleh seorang pendeta bernama pendeta Jōdo Shinshū pada era Meiji (1868 – 1912).
Hanamido terdiri dari baskom berisi air dengan patung Buddha yang baru lahir (patung Sakyamuni) di dalamnya. Legenda mengatakan bahwa Sakyamuni lahir dikelilingi bunga dan serbuk bunga yang jatuh dari langit pada saat itu. Pengunjung memiliki kebiasaan untuk “memandikan” patung Sakyamuni tersebut dengan amacha, teh herbal manis alami yang dibuat dari berbagai macam hydrangea, sambil berdoa untuk kesehatan anak-anak dan kesejahteraan diri mereka sendiri serta masyarakat secara umum.
Selama periode Edo (1603-1868), sudah menjadi kebiasaaan bagi orang-orang yang merayakan tradisi tersebut untuk membawa pulang amacha yang diseduh oleh kuil untuk dijadikan tinta, yang kemudian mereka gunakan untuk membuat jimat. Jimat ini ditulis dengan kalimat khusus pada selembar kertas yang mengacu pada lima bodhisattva agung (godairiki bosatsu), yang memberinya kemampuan untuk mengusir serangga pengganggu dan sifat magis lainnya.
Meskipun perayaan kanbutsue umumnya dirayakan pada tanggal 8 April setiap tahunnya, namun beberapa kuil masih ada yang merayakannya menurut tanggal kalender lunar tradisional, yang jika dihitung dengan perhitungan modern jatuh di awal bulan Mei.
Hidangan Musiman: Bonito dan Kerang Air Tawar
Dilihat secara tradisional, bulan April menjadi bulan yang menandai datangnya kawanan bonita ke perairan pesisir Jepang. Penduduk dengan harap-harap cemas menantikan seruan semangat dari para penjual ikan yang mengumumkan hatsugatsuo (tangkapan pertama di musim ini). Kegembiraan atas kelezatan tangkapan pertama tersebut dituangkan ke dalam syair pemyair haiku Yamaguchi Sodō (1642 0 1716), yang berbunyi:
“Pemandangan dedaunan hijau
nyanyian burung kukuk di pegunungan
bonito pertama musim ini.”
Penyair haiku lainnya, Kobayashi Issa (1963 – 1828) juga menuliskan syair yang berbunyi:
“Mendengar tangisan
Saya bergegas dengan semangat tinggi
melantunkan katsuo.”
Bonito merupakan salah satu hidangan mahal yang banyak dicari warga Jepang sejak zaman dulu kala. Hal ini dibuktikan oleh dokumen-dokumen tua dari tahun 1812 yang menyebutkan harga tiga ikan bonito setara dengan dua ryō dan satu bu atau jika dikonversikan kepada mata uang saat ini adalah sekitar 400.000 yen. Kemewahan bonito ini bahkan dianggap layak didapatkan meskipun harus “menggadaikan istri”.
Bonito sudah lama menjadi hidangan yang dinikmati oleh orang-orang kaya, yang mampu membayar biaya selangit. Seiring dengan kemudahan mendapatkan bahan baku ini, harganya juga mulai mengalami penurunan. Bahkan dengan harga 250 mon atau setara dengan 7,500 yen dalam nilai mata uang saat ini, Titipers sudah dapat membawa 1 ekor ikan bonito. Meskipun masih cukup mahal, namun masyarakat kelas bawah bersedia membayarnya untuk dapat merasakan sebuah kemewahan.
Gambar berikut memperlihatkan sosok pelayan di sebuah rumah petak yang digambar oleh penjual ikan yang sedang menjajakan bonito di pinggir jalan. Karena mengetahui bahwa warga yang lebih miskin akan bersedia membayar mahal ikan tersebut, para pedagang menipu dan berjualan di lingkungan di mana mereka dapat menghasilkan pundi-pundi uang yang paling banyak. Hal ini membuat Jippensha Ikku, seorang penulis humor dan kisah jalanan terkenal, menyindir mereka dengan kalimat bahwa penjual bonito “sekarang meremehkan orang kaya”, mungkin karena mereka lebih tahu tentang harga yang pantas untuk kelezatan tersebut.
Selain bonito, kerang air tawar juga merupakan hidangan musiman yang banyak dicari orang di bulan April sejak zaman Edo. Biasanya orang-orang menangkapnya di dekat jembatan Narihita, yang membentang di sepanjang anak sungai Sumida.
Lalu ada juga Sakura ebi, shirasu, cumi kunang-kunang, kubis, bawang bombai, rebung, kecambah Fatsia, butterbur, yang semua kini dapat dengan mudah kita dapatkan kapanpun juga. Tetapi jika Titipers mengetahui dengan tepat musim yang pas untuk menyantap bahan-bahan makanan ini, kalian akan mendapatkan rasa yang luar biasa.
BACA JUGA: Hidangan Iftar di Restoran Halal untuk Berbuka Puasa di Jepang
BACA JUGA: 8 Perbedaan Budaya Kuliner Kansai dan Kanto, Mana yang Lebih Cocok di Kalian?
Persiapan Musim Panas
Bulan April secara tradisioanl menjadi waktu yang tepat untuk menimbun beberapa barang yang dibutuhkan untuk menghadapi musim panas yang terik. Rumah=rumah akan dibiarkan terbuka dengan kelambu, yang disebut kaya, untuk mencegah serangga di malam hari. Ikan mas juga menjadi salah satu hewan peliharaan yang populer di musim ini. Para penjual barang-barang ini akan muncul di kota-kota dan desa-desa sekitar bulan April untuk menjajakan dagangan mereka.
BACA JUGA: 4 Hidangan Ramen Dingin Untuk Musim Panas Jepang yang Terik
Memandang Bunga Wisteria
Wisteria (Fuji) adalah salah satu bunga yang mekar di bulan April. Salah satu lokasi paling terkenal di ibu kota Edo untuk memandanginya adalah Kuil Kameido Tenjin. Sebuah bagian dari buku panduang melihat bunga terkenal, Edo meisho hanagoyami, dengan fasih menggambarkan bagaimana bunga wisteria yang mekar, terpantul di permukaan kolam kuil, seakan mengubah warna air menjadi ungu. Titipers saat ini masih dapat menikmati pemandangan dan keharuman wisteria Kameido Tenjin di perayaan fuji matsuri, yang diadakan setiap tahun di mana 50 wisteria yang terdapat di dalam kuil tersebut bermekaran.
BACA JUGA: Awal Musim Sakura Jepang 2024 Segera Tiba! Berikut Detail Peta Ramalan Bunga Sakura
Koromogae
Bagi masyarakat kelas atas, bulan April menjadi penanda pergantian musim pakaian, yang disebut juga koromogae. Praktik ini bermula dari istana kekaisaran Kyoto, di mana pakaian yang lebih tebal yang mengandung kapas diganti dengan kimono yang lebih ringan. Dikatakan bahwa tradisi Jepang ini mengubah suasana lingkungan sekitar dalam semalam. Hal ini kini diterapkan dalam seragam sekolah, yang mengganti seragamnya saat musim panas tiba sebagai salah satu bentuk pengingat tradisi Jepang akan pergantian musim.
BACA JUGA: UNIQLO Dipertimbangkan Jadi Seragam Sekolah Resmi di SMA Jepang
Itulah beberapa tradisi Jepang yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jepang di bulan April setiap tahunnya. Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Sumber: nippon ; ikidane-nippon
©hak cipta gambar milik National Diet Library
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang