8 Perbedaan Budaya Kuliner Kansai dan Kanto, Mana yang Lebih Cocok di Kalian?

Kansai dan Kanto memang memiliki banyak perbedaan dari segi budaya dan bahasa, bahkan dalam segi kulinernya

Jepang adalah sebuah negara yang luas dengan kebudayaan, dialek dan tradisi yang beragam di setiap wilayahnya. Hal yang paling sering dibandingkan adalah perbedaan budaya kuliner wilayah Kansai dan Kanto. Mari kita kupas singkat tentang perbedaan kedua wilayah tersebut.

Tapi sebelum itu, kita akan membahas sekilas tentang Kanto dan Kansai. Berikut adalah peta Jepang yang akan menampakkan wilayah mana yang masuk ke dalam wilayah Kanto dan mana yang masuk ke dalam wilayah Kansai.

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-1

Secara garis besar, prefektur yang masuk ke dalam wilayah Kanto merujuk pada wilayah Jepang timur, sementara Kansai mengacu pada wilayah Jepang barat. Kedua wilayah tersebut terkait erat secara historis dengan relokasi ibu kota dari Kyoto ke Tokyo pada tahun 1868.

Mie Soba di Kanto, Mie Udon di Kansai

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-mie

Mie adalah makanan kegemaran orang Jepang. Bahkan ada pepatah Jepang yang mengatakan “Mie soba di Timur, mie udon di Barat“. Entah karena pengaruh dari pepatah ini atau bukan yang membuat restoran mie soba berkumpul di wilayah Timur dan restoran udon berkumpul di wilayah barat.

Namun, alasan lain yang membedakan kedua wilayah tersebut adalah cara pembuatan kuah (dashi) nya yang berbeda, antara Barat dan Timur.

Di wilayah Kanto, kuah kaldu kebanyakan dibuat dengan bahan seperti serutan ikan bonita dan kecap shoyu kental, yang memberikan warna dan rasa kuah yang kuat dan pekat.

Sebaliknya, di wilayah Kansai, kuah kaldu biasanya dibuat dengan menggunakan kelp (rumput laut) sebagai bahan utama, sehingga kuahnya memiliki warna yang lebih bening dan terkesan ringan di lidah.

BACA JUGA: Menikmati Mie Soba x Marvelous yang Kuahnya Bisa Berubah Warna, Gimana Rasanya Ya?!

Perbedaan Bentuk Inari Sushi, Tabung vs Segitiga

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-inari sushi

Inari sushi adalah sushi yang dibungkus menggunakan kantong kulit tahu yang telah dimasak dengan rasa manis. Inari sushi di wilayah Kanto berbentuk seperti tabung, berbeda dengan Inari sushi di wilayah Kansai yang berbentuk segitiga.

Lalu, mengapa hidangan ini bisa berbeda di kedua wilayah? Menurut salah satu teori yang beredar, Inari sushi berbentuk segitiga di wilayah Kansai dibuat berdasarkan pada gunung Inari yang ada di kuil utama dari Kuil Inari Fushimi, yang dianggap sebagai kuil utama untuk kuil Inari. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa bentuk tersebut menggambarkan telinga rubah, sebagai hewan mitos kuil Inari.

BACA JUGA: Takotaki…Inarizushi? Fushion Food Terhype di Jepang!

Perbedaan Bumbu Oya-ko don, Shichimi (bubuk cabe rempah) vs Sansho (semacam merica)

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-oyakodon

Oyakodon merupakan donburi atau menu nasi yang disajikan dalam mangkok tradisional Jepang. Ketika menikmati hidangan ini di restoran, mungkin Titipers akan menambahkan bumbu lain atau acar untuk menambah rasa atau aroma yang berbeda.

Secara umum, bumbu yang digunakan terdapat dua jenis, yaitu “shichimi” (bubuk cabe dengan tujuh rasa) dan “sansho” (semacam merica Jepang). Di Kyoto, “sansho” banyak digunakan dalam berbagai hidangan khas Kyoto lainnya, tidak hanya terfokus pada oyakodon saja. Sementara itu, di wilayah Kanto, bumbu yang kerap digunakan untuk mempertajam rasa dan aroma pada oyakodon adalah “shichimi togarashi”.

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-bumbu oyakodon
kiri: shichimi togarashi kanan: sansho

Selain itu, terdapat perbedaan bahan-bahan yang digunakan dalam oyakodon versi Kanto dan Kansai. Oyakodon ala Kanto berbahan utama bawang bombai, daging ayam, dan telur, dengan bumbu dasar shoyu. Untuk oyakodon ala Kansai, mereka menggunakan bahan utama yang sama, namun dengan bumbu dasar kuah kaldu.

Perbedaan Cara Memotong Unagi

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-unagi

Unagi dalam bahasa Jepang berarti sidat air tawar yang berlemak dan memiliki tubuh memanjang. Tidak seperti belut yang terasa gurih, unagi cenderung manis dan tidak amis.

Terdapat perbedaan dalam tata cara memotong unagi untuk wilayah Kanto dan Kansai. Di wilayah Kanto, cara memotong ikan kadang-kadang dikaitkan dengan budaya tabu samurai yang disebut “seppuku” atau “harakiri” (ritual bunuh diri). Oleh karena itu, unagi di wilayah ini biasanya dibelah dari bagian punggung.

Lain halnya dengan wilayah Kansai – khususnya Osaka –, unagi di wilayah ini biasanya dipotong dari bagian perutnya.

Selain perbedaan tentang cara memotongnya, rupanya dalam memasaknya pun kedua wilayah ini juga memiliki cara yang berbeda. Di wilayah Kanto, sebelum dipanggang, unagi dikukus terlebih dahulu, sehingga tekstur unagi tetap lembut dan kenyal. Selain itu, sausnya biasanya dibuat kental dan pekat.

Namun, di wilayah Kansai, unagi dipanggang langsung, dan sausnya tidak sepekat wilayah Kanto, sehingga tekstur unagi lebih padat.

Perbedaan Jumlah Mochi (dango) di Mitarashi Dango, 4  vs 5

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-dango

Mitarashi Dango adalah jumlah dango dalam 1 tusuk makanan. Di wilayah Kanto, umumnya 1 tusuk berisikan 4 buah dango, dengan ukuran yang hampir sebesar satu gigitan. Sedangkan di wilayah Kansai, 1 tusukan berisi 5 buah dango, dengan ukuran yang sedikit lebih kecil.

Asal usul makanan tradisional Jepang ini berawal dari “Kamo Mitarashi Chaya” di Kuil Shimogamo, Kyoto. Jumlah 1 tusuk berisikan 5 buah dango melambangkan satu kepala dan empat anggota tubuh manusia, dan awalnya dipersembahkan kepada para dewa sebagai doa memohon perlindungan dari bencana dan hal-hal sial. Makanan ini kemudian menyebar ke wilayah Edo sehingga menjadi sangat populer, dan menjadi salah satu camilan yang terkenal.

Lalu, mengapa ada yang berisikan hanya 4 dango?
Hal ini tentu memiliki ceritanya sendiri, di awal era Edo, jumlah dango dalam satu tusuk adalah 5 dengan harga 5 sen. Namun, pada pertengahan abad ke-18, pemerintah mengeluarkan koin dengan nilai 4 sen. Untuk memudahkan perhitungan, para pedagang mengubah jumlah dango menjadi 4 buah per tusuknya dengan harga 4 sen. Sejak itu, jumlah 4 dango per tusuk menjadi populer.

BACA JUGA: 5 Street Food di Tokyo untuk Pecinta Kuliner

Perbedaan Ketebalan Roti Tawar

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-roti tawar

Roti tawar adalah salah satu makanan yang paling umum dikonsumsi oleh orang-orang di seluruh dunia. Namun, roti yang sederhana ini rupanya dapat membedakan wilayah Kanto dengan Kansai. Hal itu dapat dilihat dari lebar setiap irisan-nya!

Di Kansai, roti tawar diiris menjadi 4 atau 5 irisan, sementara di Kanto, mereka mengirisnya menjadi 6 atau 8 irisan. Tinggal masalah selera saja untuk Titipers memilih membeli irisan yang tebal atau tipis.

Perbedaan Penamaan Untuk “Bakpao”

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-bakso

Meskipun berupa makanan yang sama, namun terdapat perbedaan penamaan untuk makanan ini di kedua wilayah tersebut. Orang Kansai menyebutnya “buta-man” (roti/bakpao babi), sedangkan di daerah lain disebut “niku-man” (roti/bakpao daging).

Alasannya adalah sebagai berikut. Kansai memiliki banyak merek daging sapi, seperti daging sapi Matsusaka dan Kobe. Itu sebabnya kata “niku” diinterpretasikan sebagai “daging sapi”. Dan agar tidak membingungkan, orang-orang Kansai mulai menyebut buta-man (buta=babi) untuk isian daging babi dan menyebut niku-man untuk isian daging sapi.

Namun, seiring meluasnya mini market di penjuru Jepang yang menjual bakpao dengan nama “niku-man”, wilayah Kansai perlahan-lahan mulai mengakuinya sebagai nama alternatif dari makanan satu ini.

Makan Nasi Dengan Okonomiyaki?!

blog-perbedaan budaya kuliner wilayah Kanto dan Kansai-okonomiyaki

Okonomiyaki merupakan salah satu makanan populer Jepang. Namanya diambil dari cara memanggangnya (yaku) dan preferensi (okonomi) dalam memasaknya, baik dalam bentuk, bahan maupun bumbu yang digunakan.

Di wilayah Kansai, khususnya Osaka, orang-orang menyantap hidangan ini dengan ditemani nasi. Bagi Titipers mungkin ini aneh, karena biasanya masakan Jepang mengutamakan keseimbangan gizi.

Setelah membaca artikel ini, Titipers sudah bisa memahami perbedaan budaya kuliner dari kedua wilayah tersebut bukan? Jadi, saat Titipers nanti berkunjung ke Jepang, kalian sudah tidak kaget lagi dengan perbedaan kuliner yang akan disajikan. ^^

Ikuti terus berita-berita terbaru di kanal Titip Jepang. Yuk baca artikel lainnya lainnya di sini!

sumber: fun-japan tsunagujapan

Jangan lupa ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *