Review Film Godzilla vs Mothra – The Battle For Earth (1992)
Godzilla vs Mothra menampilkan pertarungan epik antara tiga kaiju berbeda
Tanggal Rilis: | 12 Desember 1992 |
Sutradara: | Takao Okawara |
Ditulis oleh: | Kazuki Ohmori |
Musik: | Akira Ifukube |
Efek khusus: | Koichi Kawakita |
Pemeran: | Tetsuya Bessho, Satomi Kobayashi, Takehiro Murata, Megumi Odaka, Shiori Yonezawa, Akiji Kobayashi, Keiko Imamura, Sayaka Osawa |
Franchise Godzilla telah menawarkan beragam film monster untuk dapat dinikmati para penggemarnya. Era Heisei memulainya dengan Return of Godzilla (1985) yang membangkitkan kembali kekejaman Godzilla versi awal dilanjutkan dengan pembahasan fiksi ilmiah yang lebih serius dalam Godzilla vs Biollante (1989) dan versi time travel dalam Godzilla vs King Ghidorah. Menyusul kesuksesan box office Godzilla vs King Ghidorah (1991), Toho segera menghadirkan kembali film pertarungan Godzilla melawan kaiju lainnya dalam Godzilla vs Mothra – bedakan dengan Mothra vs Godzilla (1964) – atau dikenal juga sebagai Godzilla and Mothra: The Battle for Earth yang memiliki cerita jauh lebih sederhana dibandingkan film era Heisei lainnya namun tidak kalah fantastis.
BACA JUGA: 5 Daftar Film Godzilla versi Amerika Serikat
BACA JUGA: 31 Daftar Film Godzilla Versi Jepang
KEMBALINYA MOTHRA
Setelah meteorit menghantam Bumi, Godzilla dan kaiju kuno bernama Battra bangkit kembali. Peri kembar Cosmos muncul untuk memperingatkan umat manusia akan bahaya yang ditimbulkan Battra, dan mengizinkan telur Dewa mereka, Mothra, untuk dibawa ke Jepang. Dalam perjalanan menuju Jepang, Godzilla menyerang kapal yang mengangkut telur Mothra, memaksa kaiju tersebut menetas lebih awal dan menjaga dirinya sendiri dari serangan Godzilla. Ketika Battra tiba, ini menjadi pertarungan tiga arah antara tiga monster berbeda. Masing-masing berniat menghancurkan yang lain. Puncaknya berada di Yokohama ketika Mothra dan Battra memutuskan untuk bekerja sama melawan Godzilla.
THE REAL FILM PERTARUNGAN MONSTER
Drama manusia dalam film Godzilla vs Mothra menjadi fokus kedua yang ditampilkan. Dimulai dengan Takuya (Tetsuya Bessho) yang ditangkap saat sedang mencuri artefak di sebuah makam di Thailand – ini jelas meniru Indiana Jones – dan mendapatkan masa tahanan yang lama. Ia ditawari jalan menuju kebebasan oleh mantan istrinya, Masako (Satomi Kobayashi) dengan syarat memimpin sebuah ekspedisi ke Pulau Bayi. Di sanalah mereka menemukan telur raksasa serta Cosmos – sepasang makhluk kembar kecil yang mewakili Mothra. Setelah telur Mothra dimuat ke kapal dan dikirim ke Jepang, peran Takuya dan Masako pada dasarnya tidak lebih dari sekadar menunjuk dan menyemangati saat Mothra, Battra, dan Godzilla bertarung satu sama lain.
Fokus Godzilla vs Mothra adalah pada pertarungan monster yang menghancurkan kota-kota model yang dibuat sangat baik dan detail. Koichi Kawakita berhasil melakukan pekerjaannya dengan sangat baik di film ini. Ia benar-benar memperhatikan detail lingkungan tempat pertarungan monster dengan menyediakan lanskap kota yang mirip dengan aslinya. Monsternya juga tampak hebat. Selain itu, pengambilan gambar yang dinamis dapat menangkap aksi dengan bagus, baik dalam pertarungan di bawah laut, saat Godzilla muncul dari Gunung Fuji yang sedang meletus, pertarungan JSDF dengan Godzilla yang seru, proses pembuatan kepompong Mothra yang cantik maupun saat pertarungan ketiganya di daratan. Sepertinya, ini menjadi film Godzilla dengan tampilan terbaik di era Heisei.
Mungkin bagi sebagian penggemar yang lebih menyukai plot Godzilla dengan drama manusia yang lebih rumit, Godzilla vs Mothra tidaklah menarik. Tapi, bagi mereka yang mendambakan adegan penghancuran dan pertempuran kaiju, film ini akan menyenangkan.
VISUAL PARA MONSTER YANG MEMUKAU
Mothra kembali hadir melawan Godzilla dan dia terlihat sangat cantik. Kali ini, Mothra tampil lebih mirip dengan kupu-kupu daripada ngengat.
Penampilan Godzilla dalam film ini sangat bagus dengan tampilan atribut baru: dahi yang lebih kecil dan rata, mata emas, dan leher tebal dengan ribbing yang menonjol. Mata emasnya membuatnya terlihat lebih ekspresif dibandingkan sebelumnya. Susunan pelat punggung diubah dengan meletakkan pelat tersebesar di tengah punggung. Lengannya disambung dengan lebih fleksibel pada bagian bisepnya, namun jika kalian melihatnya dari sudut tertentu agak terkesan tidak natural.
Sementara kostum Battra dibuat dengan sangat baik dan memiliki banyak detail di tubuhnya. Bentuk larvanya bergerak dengan baik di darat dan di air.
COSMOS MENGGANTIKAN SHOBIJIN “THE PEANUTS”
Kemunculan kembali Mothra berarti turut menghadirkan kembali peri kembar yang menjadi penerjemah Mothra. Meskipun nama mereka sering berubah namun tugas mereka sebagai penghubung antara Montra dengan umat manusia di Bumi tetaplah sama. Mereka berkomunikasi secara telepati dengan Mothra dan menerjemahkan pesannya dan seringkali bernyanyi untuk memanggil atau memohon bantuannya.
Di film Mothra (1961), Shobijin yang diperankan The Peanuts, ditemukan oleh ekspedisi gabungan Rolisican – Jepang ke Pulau Bayi. Mereka kemudian ditangkap oleh pengusaha Rolisican yang rakus, Clark Nelson yang membawa mereka ke Jepang untuk di eksploitasi.
Dalam Ebirah, Horror of the Deep, Shobijin diperankan oleh Pair Bambi. Mereka berdoa kepada Mothra untuk menyelamatkan penduduk lokai Pulau Bayi dari organisasi teroris Red Bamboo.
Dalam Godzilla vs Mothra, peri kembar ini berubah namanya menjadi Cosmos dan dimainkan oleh Keiko Imamura beserta Sayaka Osawa. Cosmos diceritakan sebagai sisa-sisa terakhir peradaban kuno yang tinggal bersama Mothra di Pulau Bayi jauh sebelum manusia ada. Mereka diculik oleh Kenji Ando dan diserahkan kepada bosnya, Takeshi Tomokane, kepala perusahaan Marumoto di mana Tomokane berencana untuk mengeksploitasi Cosmos untuk publitas. Sebuah drama berulang yang telah berulangkali digunakan dalam film Godzilla sebelumnya.
Kehadiran peri kembar Cosmos juga membawa kambali Lagu Mothra tradisional. Jika dipadukan dengan musik dari Akira Ifukube, rasanya sungguh menggugah hati!
MEMPERKENALKAN KAIJU BARU – BATTRA
Battra merupakan dewa penjaga berujud ngengat hitam raksasa dan merupakan rekan gelap Mothra. Battra diciptakan oleh Bumi sendiri pada 12.000 tahun yang lalu setelah peradaban kuno menciptakan alat pengontrol iklim. Battra diutus untuk menhancurkan alat tersebut. Namun melihat umat manusia di kala itu yang seperti penyakit di Bumi, Battra berusaha memusnahkan umat manusia. Mothra melawannya dan menyegelnya di Samudra Arktik.
Seperti Mothra, Battra juga memiliki bentuk larva dan imago (dewasa).
Dalam bentuk larvanya, Battra adalah lawan yang sangat brutal dan berbahaya yang tidak memiliki belas kasih dalam serangannya. Dalam bentuk ini, dia memiliki tanduk kuning besar yang bisa digunakan sebagai senjata. Dari sungutnya, dia mampu menembakkan ledakan listrik berwarna oranye-kuning. Dia juga mampu menembakkan ledakan listrik berwarna ungu dari mata merahnya.
Bentuk imago Battra memiliki tubuh yang didominasi warna hitam dengan sayap besar yang memiliki corak warna merah, hitam dan kuning. Ia juga memiliki tanduk kuning di kepala, enam kaki, dan mata merah yang bersinar ungu saat menembakkan sinarnya, serta garis merah yang membentang di sisi tubuhnya.
Sosoknya digambarkan hanya mempedulikan pertahanan Bumi dan akan melakukan apa pun untuk dapat melindungi Bumi dari segala bahaya yang mengancam. Berbeda dengan Mothra, Battra menganggap manusia sebagai penyakit yang terus menggerogori Bumi yang harus dimusnahkan agar Bumi dapat bertahan hidup. Hal inilah yang membuat terjadinya konflik antara Battra dan Mothra. Namun, terlepas dari kepribadiannya tersebut, Battra tetap memiliki sisi heroik yang nampak saat dia memutuskan untuk bekerja sama dengan Mothra dalam melawan Godzilla.
PESAN LINGKUNGAN YANG EKSPLISIT
Sama seperti film-film Godzilla pada umumnya, Godzilla vs Mothra juga memiliki pesan lingkungan yang disampaikan. Kehadiran Cosmos secara eksplisit menyatakan bahwa Bumi sendirilah yang menciptakan Battra dan Mothra, yang marah atas cara umat manusia mengeksploitasi alam.
Hanya ada satu karakter yang secara tidak langsung dipermalukan karena keserakahannya. Dia adalah Takeshi Tomokane, yang tetap berani menculik si kembar Cosmos meskipun tahu konsekuensi hadirnya Mothra untuk menyelamatkan mereka dan menghancurkan seisi kota. Karakter Tomokane memperlihatkan bagaimana keegoisan manusia demi memuaskan keinginan dan hasratnya sendiri tanpa mempedulikan lingkungan sekitarnya.
RECOMMENDED OR NOT?!
Overall, Godzilla vs Mothra adalah film yang menyenangkan untuk ditonton para penggemar yang menyukai porsi pertarungan monster lebih besar dibandingkan drama manusianya. Godzilla akan kembali dari dasar laut di mana Mothra membuangnya pada akhir film dan Mothra akan kembali dengan triloginya sendiri dan beberapa film bersama Godzilla lainnya. Sayangnya, Battra tidak pernah terlihat dan terdengar lagi padahal dia adalah kaiju yang cukup menarik. IMDb memberikan skor 6,1/10 dan RottenTomatoes memberikan skor 78% untuk film Godzilla vs Mothra: The Battle for Earth.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang