Kapsul bau ini adalah pahlawan tak terduga dari masakan musim gugur.
Setiap bulan November, jalanan Tokyo berubah menjadi lautan daun kuning keemasan ketika daun-daun pohon ginkgo yang ikonik mulai berguguran Pemandangan ini menarik perhatian pejalan kaki yang menikmati keindahan musim gugur sambil mengenakan sweter tebal. Namun, di balik pesona musim gugur ini, ada satu fenomena unik: bau menyengat dari kacang ginkgo yang terinjak di trotoar. Meski baunya khas, kacang ini memiliki tempat istimewa dalam budaya dan kuliner Jepang.
Superfood Tak Terduga dari Jalanan Tokyo
Kacang Ginkgo dalam Kuliner Jepang
Di Jepang, kacang ginkgo (ginnan) adalah adalah bahan kuliner yang sangat dihargai. Rasa kacangnya yang lembut dan teksturnya yang kenyal menjadikannya pelengkap sempurna dalam berbagai hidangan tradisional, terutama selama musim dingin.
Salah satu hidangan yang paling sering menggunakan kacang ginkgo adalah chawanmushi, puding telur kukus yang dihidangkan dalam cangkir porselen kecil. Kacang ginkgo menambah rasa kacang dan sedikit manis yang memperkaya cita rasa hidangan pembuka ini. Hidangan ini biasanya disajikan hangat, menjadikannya pilihan favorit untuk menghangatkan tubuh di tengah dinginnya musim gugur dan musim dingin.
Kacang ginkgo juga populer sebagai tambahan dalam ginnan gohan atau nasi kacang ginkgo. Kacang ini memberikan rasa gurih dan tekstur yang unik, serta meningkatkan nilai gizi dari nasi tersebut. Hidangan ini sering dihidangkan sebagai bagian dari menu rumahan atau perjamuan tradisional.
Selain digunakan dalam hidangan utama, kacang ginkgo juga kerap dijadikan bahan dalam makanan ringan tradisional Jepang, seperti wagashi (manisan Jepang). Dalam beberapa kasus, kacang ginkgo digunakan sebagai hiasan untuk hidangan penutup musiman.
Apa Daya Tarik Kacang Ginkgo?
Setiap musim dingin, kacang ginkgo kembali menghiasi meja makan di Jepang, bukan hanya karena rasanya yang unik, tetapi juga karena khasiatnya yang luar biasa. Sebagai “harta karun” dari salah satu spesies pohon tertua di dunia, ginkgo memiliki sejarah panjang dalam dunia kesehatan dan pengobatan Tiongkok.
Sejak zaman kuno, kacang ginkgo telah digunakan untuk meredakan asma, bronkitis, hingga gangguan ginjal dan kandung kemih. Bahkan, para anggota istana kerajaan mengonsumsinya sebagai “ramuan alami” untuk menjaga kejernihan pikiran dan ketajaman ingatan mereka.
Hingga kini, reputasi kacang ginkgo sebagai makanan penunjang kesehatan tetap bertahan. Kandungan vitamin C-nya membantu produksi kolagen untuk kulit sehat sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh. Kaya akan zat besi, lesitin, dan kalium, kacang ini juga dianggap dapat membantu mengatasi demensia dan ADHD.
Namun, manfaat ginkgo tak hanya soal kesehatan. Bagi para pencinta kuliner, teksturnya yang kenyal dan rasa umami yang kaya membuatnya menjadi bintang di berbagai hidangan..
Pohon Ginkgo dalam Budaya Jepang
Selain manfaatnya bagi kesehatan, ada pula alasan budaya mengapa kacang ginkgo menjadi simbol mata uang di Jepang. Dalam budaya Jepang, pohon ginkgo melambangkan keberuntungan dan ketahanan. Pohon ginkgo bahkan memiliki makna spiritual yang mendalam, terutama dalam konteks agama Buddha, Shinto, dan Taoisme.
1. Sejarah dan Simbolisme
Sebagai salah satu spesies pohon tertua di dunia, pohon ginkgo sering dianggap sebagai simbol ketahanan. Contohnya, beberapa pohon ginkgo di Hiroshima berhasil bertahan hidup setelah ledakan bom atom pada tahun 1945, menjadikannya simbol harapan dan keberlanjutan.
Pohon ginkgo juga memiliki makna religius yang besar. Hubungannya dengan umur panjang memiliki kaitan dengan agama Buddha, Taoisme, dan Konfusianisme. Khususnya di Jepang, pohon ginkgo dikaitkan dengan agama Shinto. Pemahat telah lama menggunakan kayu dari pohon ginkgo untuk memahat patung-patung religius, dan pohon ginkgo di halaman kuil berfungsi sebagai tempat untuk berdoa bagi penduduk setempat. Pengunjung menghiasi pohon-pohon dengan prasasti dan pita yang mengungkapkan keinginan mereka. Karena ikatan spiritual ini, kuil Buddha dan kuil Shinto merupakan beberapa area paling populer untuk mengagumi pohon ginkgo tertua dan terbesar.
2. Ginkgo dalam Seni dan Sastra
Daun ginkgo telah lama menjadi inspirasi dalam seni dan sastra, baik di Jepang maupun dunia Barat. Beberapa contoh terkenal termasuk puisi Johann Wolfgang von Goethe tahun 1815 yang mengibaratkan cinta dengan dua helai daun ginkgo, dan cetakan balok kayu Seitei Watanabe tahun 1916 “Crow in Flight,” yang menggambarkan burung gagak sebagai utusan perdamaian ilahi, yang datang dengan daun ginkgo yang berkibar. Referensi historis paling awal tentang kacang ginkgo juga ditemukan dalam seni: pertukaran puisi dari Dinasti Song di Tiongkok. Dalam sastra dan puisi Tiongkok, kacang ginkgo disebut sebagai “aprikot perak”, atau “mata putih”.
Mengumpulkan dan Memakan Kacang Ginkgo
1. Tips Mengumpulkan Kacang Ginkgo
Mengumpulkan kacang ginkgo membutuhkan perhatian ekstra. Pohon ginkgo betina, yang menghasilkan buah berbau khas, biasanya tumbuh di daerah pemukiman atau daerah yang lebih terpencil. Saat mengumpulkan buahnya, disarankan untuk menggunakan sarung tangan karena asam ginkgolic yang terkandung dalam buahnya dapat menyebabkan iritasi pada kulit.
Setelah meremas buah ini dengan tangan Anda, buah yang keluar harus dibilas dan digosok sampai tidak ada daging buah yang tersisa. Jika daging buahnya kering dan sulit dipisahkan, rendam buah ini dalam air hingga 24 jam sebelum dibersihkan. Buah ini kemudian perlu dikeringkan sebelum siap dipanggang atau dimasak.
2. Konsumsi dengan Batasan
Kacang ginkgo sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah terbatas karena dapat bersifat toksik jika dimakan terlalu banyak. Orang dewasa dianjurkan tidak mengonsumsi lebih dari 20 kacang per hari, sedangkan anak-anak tidak boleh melebihi enam kacang per hari. Sebaiknya jangan biarkan anak-anak di bawah usia 5 tahun mengonsumsinya.
Tempat Mencicipi Kacang Ginkgo di Tokyo
Bagi Titipers yang ingin mencicipi kacang ginkgo tanpa harus memungutnya sendiri, Tokyo menawarkan berbagai tempat yang menyajikan hidangan berbasis kacang ginkgo:
- Restoran Yakitori:
- Toriki di Kinshicho menyajikan tusuk sate kacang ginkgo yang gurih.
- Kushiwakamaru di Kamimeguro menawarkan kacang ginkgo panggang dengan sedikit garam.
- Nanaki di Ebisu menawarkan ginkgo goreng yang lezat.
- Izakaya Tradisional:
- Setouchi Wasai Naoshima di Gotanda menyajikan kacang ginkgo panggang dengan sentuhan modern.
- Joetsu Yasuda Ginza yang fokus pada makanan laut, menyajikan tusuk sate ginkgo sebagai salah satu menunya.
- Kongoan Jimbocho di prefektur Niigata menyajikan ginkgo panggang yang lezat.
- Jaringan Sushi Kasual:
- Banyak restoran sushi yang menyajikan chawanmushi dengan kacang ginkgo selama musim gugur.
- Toko Manisan Tradisional Jepang
- Serupa dengan restorang sushi, sebagian besar toko manisan tradisional menjual daifuku, dango, serta wagashi lainnya seperti yokan yang menyajikan kacang ginkgo secara musiman.
Kacang ginkgo adalah salah satu keajaiban kecil musim gugur yang memberikan sentuhan rasa, budaya, dan sejarah pada hidangan Jepang. Meski baunya sering kali diperdebatkan, manfaat kesehatan, rasa, dan simbolismenya tetap membuat kacang ginkgo istimewa. Jadi, jika Anda berjalan-jalan di Tokyo pada bulan November, jangan hanya menikmati keindahan daun ginkgo, tetapi juga cobalah kelezatan kacang ginkgo yang unik ini!
sumber: tokyoweekender
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang