Review Anime Supremacy, Sutradara Yang Berhasrat Bikin Anime Tenar – Special Screening JFF

Titip Jepang - Review Anime Supremacy

Anime Supremacy! adalah film drama yang merupakan adaptasi novel dengan judul sama karangan Mizuki Tsujimura yang tayang di Jepang pada tanggal 28 Mei 2022. Di Indonesia, Anime Supremacy tayang di JFF (Japanese Film Festival) yang diselenggarakan oleh Japan Foundation. Tim Titip Jepang berkesempatan untuk menontonnya saat special screening di Yogyakarta pada tanggal 10 November kemarin sehingga bisa menulis review Anime Supremacy ini.

Nah langsung saja, silakan simak review Anime Supremacy yang menggetarkan para penikmat pop kultur anime Jepang.

 SINOPSIS REVIEW ANIME SUPREMACY 

Sinopsis resmi dari Japan Foundation:

Hitomi bekerja di sebuah perusahaan produksi anime dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menyutradarai sebuah seri anime. Namun, ia harus berjuang menghadapi permintaan tanpa henti dari sang produser dan staf produksi yang tidak kooperatif. Ditambah lagi, anime yang disutradarai Hitomi menempati jam tayang yang sama dengan anime baru dari sang sutradara jenius Chiharu. Pertarungan sengit mereka berdua akan segera dimulai!

MENGINGATKAN PADA BAKUMAN DAN SHIROBAKO

Untuk mengawali review Anime Supremcy ini, kita akan menyadari bahwa tren menceritakan keadaan di belakang layar bukanlah hal yang baru. Di dunia komik, ada Bakuman yang menceritakan sepak terjang mangaka yang berjuang dalam menerbitkan karyanya. Di dunia anime, ada anime Shirobako yang menceritakan perjuangan sebuah studio dalam memproduksi suatu anime. Anime Supremacy mencoba mengangkatnya ke live action dan layar lebar. Sebenarnya dulu sudah ada adaptasi live action Bakuman, tapi sebaiknya kita lupakan saja yang itu.

Mengusung tema yang mirip sekali dengan Shirobako, rasanya malah seperti menonton Shirobako live action, karena kebetulan tokoh utamanya juga perempuan. Kita diajak untuk melihat segala kesulitan dan sedikit kesenangan dalam memproduksi anime. Dalam waktu yang relatif singkatnya, filmnya nyaris berhasil menangkap semua elemen produksi anime. Mulai dari rapat produksi awal, pengambilan suara untuk para seiyuu, proses ngiklanin anime, press conference di event Animezone (yang menurut penulis ini ekuivalen dengan Comiket) hingga premiere dan pelacakan angket sampai pengecekan ranking tiap episodenya.

Semua hal itu digambarkan dengan berat, penuh pressure dan benturan dari berbagai pihak yang membuat filmnya cukup sering menampilkan nuansa tegang dari mereka yang ada di balik layar. Untungnya masih diimbangi dengan humor yang sering kali dilepas di waktu yang tepat, membuat Anime Supremacy tidak jatuh jadi film depresif, tapi juga masih cukup menghibur.

FORMULA RIVALITAS SUTRADARA PEKERJA KERAS DAN JENIUS

Hitomi, selaku tokoh utama adalah sutradara pendatang baru yang punya mimpi untuk mengalahkan Sutradara Oji, sutradara anime kenamaan yang terkenal jenius dan merevolusi industri. Anime Supremacy menceritakan tentang pertarungan Hitomi dan Oji yang mendapatkan slot tayang anime di jam yang sama. Perbedaan sifat si jenius dan si anak bawang juga diperlihatkan dengan kontras. Nah, menariknya tidak ada karakter yang bersifat villain di sini. Rivalitas Hitomi dan Oji digambarkan dengan sehat. Sebagaimana perjuangan Hitomi melawan prasangka dan diremehkan oleh rekan-rekan kerjanya karena dia adalah sutradara baru, Oji juga mendapatkan tekanan luar biasa dibalik nama besar “sutradara jenius”. Keduanya digambarkan sangat manusiawi, tidak ada yang paling superior dan pada akhirnya keinginan untuk membuat anime yang bagus lah yang membuat mereka bertahan. Pujian setinggi-tingginya untuk para aktor yang memerankan mereka.

FEMINISME DALAM INDUSTRI ANIME

Dunia industri anime dulunya didominasi oleh pria, lambat laun makin banyak animator perempuan, kemudian sutradara perempuan. Akan tetapi, fenomena patriarki di Jepang masih membuat mereka sering kali diremehkan. Anime Supremacy memberikan highlight khusus kepada hal ini. Ada ilustrator perempuan yang sering dipaksa untuk mengorbankan waktu pribadinya demi kepentingan “studio”. Sang tokoh utama kita, Hitomi sangat diremehkan oleh orang-orang sekitarnya karena sutradara baru, apa lagi dibandingkan dengan Oji yang seorang pria dan jenius. Ada seiyuu yang juga seorang idol yang diminta untuk bergabung dalam proyek hanya untuk “penarik massa”. Dan juga produser wanita yang berjuang untuk mempertahankan idealisme sang sutradara di depan para petinggi studio. Untungnya, film ini berhasil menangani isu-isu tersebut dengan baik, tidak hanya untuk menambah kesan dramatis dan depresif tapi juga memberi harapan kalau industri anime di Jepang perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik dan ramah pada perempuan.

 BERJIBUN CAMEO 

Mulai dari nama studionya, Tokei Animation yang jelas-jelas merupakan parodi Toei Animation. Seiyuu-seiyuu yang bergabung mengisi suara anime Soundback (garapan Studio Hitomi) juga adalah seiyuu tenar di dunia nyata, ada Yuki Kaji yang penulis lihat di sana. Namedrop dari judul-judul anime terkenal dan nama besar industri Jepang juga bertaburan di mana-mana. Sungguh fanservice buat penonton yang sudah familiar dengan pop-kultur Jejepangan. Masih banyak cameo lain juga yang tidak bisa disebutkan dalam review Anime Supremacy ini.

 WATCH IT OR SKIP IT? 

Anime Supremacy sangat disarankan buat Titipers yang suka cerita yang membahas latar belakang industri seperti Shirobako dan Bakuman. Film ini juga cukup nge-pop sehingga penonton awam pun akan bisa menikmatinya. Tentu, buat Titipers yang sudah familiar dengan pop-kultur Jejepangan, khususnya anime akan bisa jauh lebih mengapresasi karena sudah familiar dengan istilah mau pun cameo yang hadir. Semoga review Anime Supremacy ini bisa membantu Titipers, ya!

Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^

Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *