Nissan dan Honda Kerja Sama Bikin Mobil Listrik Murah Untuk Saingi China

nissan dan honda bekerjasama

Nissan dan Honda setuju bermitra dalam mengembangkan kendaraan listrik di Jepang. 

Seperti yang dapat kita saksikan saat ini di Indonesia, pasar mobil listrik sudah mulai didominasi oleh produk dari China. Begitu pula dengan situasi di negara lain yang kurang lebih juga sama seperti kondisi di Indonesia ini. Jepang sebagai produsen roda dua maupun roda empat yang sudah merajai pasar industri kendaraan motor sejak lama terlihat mulai tergeser dengan kehadiran produk China yang jauh lebih murah dan terjangkau. Mungkin dikarenakan alasan inilah, kedua produsen kendaraan motor terkuat Jepang, Nissan dan Honda memutuskan untuk menjalin kerja sama dalam mengembangkan kendaraan listrik di Jepang.

BACA JUGA: Kerja Sama Jepang Indonesia Kembali Diperkuat Lewat Pertemuan Kedua Pemimpin Negara

BACA JUGA: Mobil Sport Honda Menemani Pertumbuhan Bayi?

Penandatangan kerja sama Nissan dan Honda ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mempercepat langkah menuju netralitas karbon serta mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas dengan pengembangan teknologi keselamatan yang canggih.

“Kedua perusahaan telah mencapai kesepahaman berdasarkan keyakinan bahwa perlu untuk menggabungkan kekuatan mereka dan menjajaki kemungkinan kolaborasi di masa depan.” – pernyataan bersama Nissan dan Honda

Bentuk dari kerja sama ini meliputi studi dan riset mengenai perangkat lunak otomotif, komponen inti yang berkaitan dengan kendaraan listrik, dan berbagai produk pelengkap lainnya. Honda sendiri memiliki visi global untuk mewujudkan netralitas karbon untuk semua produk dan aktivitas perusahaan pada tahun 2050 mendatang.

Sebagai langkah pertama untuk mencapai visi tersebut, Honda berencana memperkenalkan hingga 30 mobil listrik secara global pada tahun 2030, dengan volume produksi mencapai 2 juta unit setiap tahunnya.

“Kami tidak hanya bersaing dengan pembuat mobil tradisional, namun juga dengan pemain baru. Merek-merek baru dengan produk-produk inovatif dan model bisnis baru ini membuat terobosan ke pasar otomotif dan mencoba untuk mendapatkan dominasi dengan memanfaatkan daya saing harga yang luar biasa dan kecepatan yang menjadi keunggulan mereka,” kata CEO Nissan Makoto Uchida kepada wartawan.

“Kita tidak bisa memenangkan persaingan selama kita tetap berpegang pada kearifan konvensional dan pendekatan tradisional,” ujarnya.

Sebelumnya, teknologi penggabungan tenaga baterai dan mesin pembakaran internal telah terbukti populer di Jepang dan berhasil menyumbang 40% penjualan pala tahun 2022. Namun, hal ini berbeda di negara lain yang menginginkan kendaraan bertenaga listrik murni.

Sementara itu, di negara tetangga mereka, China, kendaraan listrik telah menyumbang 20% dari penjualan mobil baru pada tahun yang sama. Kekuatan perusahaan otomotif China membantu negara tersebut untuk menyalip Jepang sebagai eksportir mobil terbesar di dunia pada tahun 2023.

Meskipun kedua perusahaan raksasa ini merupakan rival yang sangat sengit secara historis, tapi sangat masuk akal bagi keduanya untuk bekerja sama daripada melakukan perang budaya dengan mitra aliansi masing-masing. Dengan kolaborasi yang terjadi di antara keduanya diharapkan dapat memberikan dampak positif untuk pengembangan mobil listrik di Jepang.

Bagaimana tanggapan Titipers terhadap berita kolaborasi tersebut? Akankah usaha mereka berhasil untuk tetap mempertahankan posisi mereka sebagai penguasa eksportir mobil terbesar di dunia? Tulis pendapatmu di kolom komentar ya! Ikuti terus berita-berita terbaru di kanal Titip Jepang. Yuk baca artikel lainnya lainnya di sini!

sumber: pressrelease ; japantimes

Jangan lupa ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *