Review Godzilla: City on the Edge of Battle (2018)

Perjuangan umat manusia melawan Godzilla belum berakhir!

Perjuangan umat manusia yang putus asa untuk merebut kembali Bumi dari Godzilla terus berlanjut di film animasi Godzilla: City on the Edge of Battle. Setelah sebelumnya, mereka berhasil mengalahkan Godzilla yang rupanya adalah “baby Godzilla” dan berpikir mereka bisa kembali ke Bumi, harus menghadapi kenyataan bahwa musuh sebenarnya telah terbangun. Dan satu-satunya kunci untuk mengalahkannya hanyalah Mechagodzilla, senjata robotik yang diperkirakan telah hilang hampir 20.000 tahun yang lalu.

Film Godzilla: City on the Edge of Battle merupakan sekuel dari Godzilla: Planet of the Monster yang tayang setahun sebelumnya yaitu pada tahun 2017. Film ini disutradarai oleh Kōbun Shizuno dan Hiroyuki Seshita. Diproduksi oleh Toho Animation dan Polygon Pictures, bekerja sama dengan Netflix. Rilis perdana pada tanggal 18 Mei 2018 di Jepang dengan durasi 100 menit.

BACA JUGA: Review Godzilla: Planet of the Monster [2017) 

Sinopsis Godzilla: City on the Edge of Battle

Setelah peristiwa pada Godzilla: Planet of the Monsters, Haruo dkk tidak dapat dihubungi. Kapten kemudian memerintahkan penarikan Aratrum jika drone gagal menemukan korban selamat dalam waktu 48 jam. Haruo dan pasukannya rupanya selamat dan sedang menyusun strategi baru untuk dapat memusnahkan Gozilla. Menolak untuk kembali ke luar angkasa.

[PERHATIAN] Diharapkan untuk menonton dari film pertamanya agar lebih bisa memahami apa yang terjadi di film ini dan tidak kaget dengan jalan cerita nya.

Yang perlu diingat oleh penonton saat menonton film Godzilla adalah bahwa 45-60 menit pertama biasanya melibatkan banyak percakapan, sedangkan 30 menit lebih terakhir akan berubah menjadi arena pertarungan yang benar-benar menyenangkan untuk dinikmati.

Jadi, awal film adalah poin di mana semua dasar cerita dibangun. Meskipun hal ini tentu saja membuat jalan cerita menjadi terasa sedikit membosankan dan penonton akan merasa ingin menskip-skip nya saja. Tapi, tunggu saja dengan sabar karena jalannya memang harus seperti itu.

Visual Godzilla Dibuat Lebih Mengerikan

blog-review godzilla city on the edge-1

Dibandingkan dengan Godzilla kecil yang sebelumnya hadir menemani film pertama, Godzilla di film kedua dibuat lebih besar – sangat besar – dan dengan jangkauan laser yang lebih jauh sehingga sangat mematikan jika itu mengarah pada kalian, Titipers.

Kemunculan Bangsa Pribumi – Para Manusia yang Bertahan

blog-review godzilla city on the edge-3

Kelompok ini kemudian disebut Houtua, keturunan manusia yang masih hidup dan tetap tinggal di Bumi dan menjaga telur dewa mereka. Kelompok ini sudah beradaptasi dengan lingkungan Bumi yang baru, mereka dapat bernafas tanpa alat bantu, berlari dengan sangat lincah, dapat membunuh monster-monster kecil dengan tombak yang dilumuri racun, dan tinggal di dalam gua bawah tanah.

Kalau begitu? apakah sebenarnya manusia bisa hidup berdampingan dengan Godzilla dan tidak seharusnya lari ke luar angkasa?

Munculnya Kota Mechagodzilla sebagai Harapan Baru

Mereka kemudian menemukan kota mekanis yang diciptakan oleh sisa-sisa Mechagodzilla melalui logam nano alien yang canggih. Pasukan menusia-alien bersekutu untuk menggunakan temuan ini untuk membunuh Godzilla selamanya, namun sepertinya rencana ini tidak berjalan matang.

Ide untuk memunculkan kota Mechagodzilla ini benar-benar berbeda. Alih-alih menemukan Mechagodzilla yang saya bayangkan berwujud raksasa dan dapat bersaing dengan epic. Tapi, membuat senjata dengan part Mechagodzilla dan dibumbui racun juga sepertinya bukan ide yang buruk bukan?

Dilema Para Karakter, Terutama MC

blog-review godzilla city on the edge-2

Konflik selalu ada untuk membuat jalan cerita sebuah film menjadi menarik untuk ditonton. Seperti di film kali ini. Beberapa konflik sering terjadi untuk pembangunan para karakternya. Mereka mulai mempertanyakan apa sebenarnya yang ingin mereka korbankan untuk mengalahkan Godzilla. Dan bukan hanya itu, tapi apa yang mereka perjuangkan dari Godzilla?

Jadi, jika kita bandingkan dengan film pertama, film kedua lebih memiliki banyak variasi warna yang digunakan dan dramanya lebih menarik. Sayangnya, film ini masih mengulangi alur cerita yang serupa dengan film pertamanya. IMDb memberikan skor 5,8/10. Kalau Titipers, berapa poin untuk film ini menurut kalian?

BACA JUGA: Produksi Toho: 5 Fakta Godzilla Minus One

Ikuti terus berita-berita terbaru di kanal Titip Jepang. Yuk baca artikel lainnya lainnya di sini!

Jangan lupa ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *