Review Godzilla: King of the Monsters (2019) – Kehancuran yang Membawa Perbaikan

blog-review godzilla king of the monsters-0

Godzilla: King of the Monsters rilis pertama kali di Beijing pada 13 Mei 2019 dan di Amerika pada 31 Mei 2019. Film ini disutradarai dan ditulis bersama oleh Michael Dougherty. Film Godzilla: King of the Monsters ini didedikasikan untuk mengenang mending produser eksekutif Yoshimitsu Banno (sutradara Godzilla vs Hedorah) dan pemain kostum Godzilla asli Haruo Nakajima, keduanya meninggal pada tahun 2017.

Sinopsis Godzilla: King of the Monsters

Lima tahun setelah keberadaan monster raksasa yang disebut “Titans” terungkap ke dunia, Dr. Emma Russel, seorang ahli paleobiologi yang bekerja untuk organisasi yang mempelajari Titan, Monarch, dan putrinya Madison menyaksikan kelahiran larva bernama Mothra.

Emma menenangkan Mothra menggunakan “Orca”, sebuah perangkat yang dapat memancarkan frekuensi untuk menarik atau mengubah perilaku Titan. Sekelompok teroris yang dipimpin oleh mantan Kolonel Angkatan Darat Inggris, Alan Jonah, menyerang pangkalan tersebut untuk merebut Orca dan menculik Emma beserta Madison. Di waktu yang sama, Mothra melarikan diri dan menjadi kepompong di bawah air terjun terdekat.

Perjalanan menyelamatkan Emma dan Madison pun dilakukan dengan bantuan Dr. Mark Russel, mantan suami Emma sekaligus ayah Madison. Mark awalnya enggan untuk membantu Monarch karena kebenciannya terhadap Godzilla, yang ia salahkan atas kematian putranya Andrew selama kejadian di San Francisco tahun 2014.

Tim Monarch mengikuti Godzilla ke Antartika, di mana Jonah berencana untuk melepaskan Titan berkepala tiga dengan nama sandi “Zero”. Zero bangkit dengan segala keganasannya, menyerang tim Monarch bahkan melawan Godzilla yang menghadangnya.

blog-review godzilla king of the monsters-3

Emma rupanya ikut bekerja sama dengan para teroris. Ia berpendapat bahwa para Titan harus dibangunkan untuk menyembuhkan Bumi dari dampak manusia terhadap lingkungan, menunjuk pada penelitian Monarch yang menunjukkan bahwa Titan dapat melakukan Terraform dan memulihkan ekosistem. Emma kemudian mulai membangunkan para monster yang disembunyikan Monarch untuk mendukung aksinya.

Emma kemudian membangunkan Rodan di Meksiko, dilanjutkan dengan membangunkan para Titan tidak aktif lainnya di seluruh dunia. Setelah Zero mengalahkan Rodan, Rodan pun tunduk dengan kekuasaannya.

Godzilla yang sebelumnya terkena rudal “Oxygen Destroyer” dari militer AS, nampak sedang memulihkan diri di kota bawah air kuno di Hollow Earth. Akankah Godzilla berhasil kembali di waktu yang tepat untuk melawan para Titan lain yang tunduk pada kekuasaan Zero? Dan siapa sebenarnya monster bernama Zero ini?

Film ketiga dari monster universe

Godzilla: King of the Monsters merupakan film ketiga dari MonsterVerse, sebuah shared universe layaknya Marvel dengan MCU-nya. DI film pertamnya, Godzilla mendapat kritikan keras dari para penggemar Godzilla, yang menuntut kemunculan lebih banyak kaiju. Permintaan ini kemudian dikabulkan melalui film Godzilla: King of the Monsters ini.

Visual Godzilla di film ketiga Legendary Picture

Godzilla muncul dengan ukurannya yang besar, nampak berisi dengan wajah yang sangar. Dan nafas api berwarna birunya meledak-meledak dengan hebatnya. Tampak menegangkan dengan efek dan teknologi CGI yang begitu detail.

Visual nya kali ini berbeda dengan penampilannya sebelumnya di film Shin Godzilla karya Toho yang nampak lebih ramping dan keji. Di film Godzilla: King of the Monster, Godzilla nampaknya sudah berkembang menjadi jauh lebih besar dari sebelumnya.

blog-review godzilla king of the monsters-1
sumber gambar: greenscreen

Karakter Godzilla di film ini, nampaknya dibikin sedikit manusiawi. Karena ia nampak melindungi Bumi dari kedatangan Ghidorah. Godzilla yang biasanya terkenal suka ngamuk apalagi jika berhadapan dengan manusia, nampak fokus mengejar mangsanya si Ghidorah kemana pun Ghidorah berada. Hal ini tentu saja akan membagi para penggemar Godzilla menjadi dua kubu, satu pihak menyukai sifat hero Godzilla ini dan di lain pihak merindukan sosok kejam Godzilla di masa lalu.

Menampilkan monster-monster raksasa lainnya

blog-review godzilla king of the monsters-2
sumber gambar: kapanlagi

Sesuai dengan judulnya, Godzilla: King of the Monsters mengangkat tema mengenai pertarungan para monster dengan Godzilla sebagai centernya. Film ini cukup memberikan alur cerita yang menegangkan di sepanjang ceritanya. Bayangkan saja, umat manusia berada di tengah pertarungan antara para monster yang saling berebut kekuasaan. Satu monster saja sudah cukup memberikan dampak yang mengerikan, bagaimana dengan beberapa monster dalam satu wilayah?

Tentu saja kehancuran yang menjadi sebuah hasilnya.

Film ini berhasil menciptakan ketegangan dari berbagai aspek. mulai dari sinematografi hingga backsound musiknya. Kalian akan meliihat beberapa scene yang kejam dan kelam dari pertarungan para Titan, kekacauan yang terjadi di mana-mana, didukung dengan backsound yang pas dengan situasi.

Dari segi pengambilan gambar pun dilakukan dengan mulus dan baik, seperti ketika Godzilla pertama kali berhadapan dengan Ghidorah, lahirnya larva Mothra, sosok Mothra yang keluar dari kepompongnya, hingga kemunculan Rodan dari kawah gunung berapi. Belum lagi visual Ghidorah, yang muncul dengan ancamannya. Setiap kemunculan para Titan digambarkan dengan baik sesuai karakternya masing-masing.

Sebenarnya masih banyak Titan lain yang muncul di film ini, namun hanya muncul sekilas atau hanya disebutkan nama nya saja.

Lebih fokus ke para monster daripada manusianya

Film Godzilla: King of the Monsters nampaknya lebih memusatkan pada cerita pertarungan antar monsternya, dan gambaran Godzilla yang seakan-akan sebagai pelindung Bumi dari makhluk lain. Tokoh manusia di film ini sepertinya hanya menjadi cerita sampingan dan karakter pendukung saja agar ceritanya semakin menarik.

Film ini lebih menggali kisah sang monster daripada manusianya sendiri. Kita akan disuguhi cerita yang bahkan lebih dalam, mengenai asal usul para monster. Sedangkan kisah para manusia-nya tidak dieksekusi sebaik para monster.

Meskipun film ini dibintangi oleh aktor papan atas, namun penggalian kisahnya sangat dangkal. Rencana besar mengenai tokoh antagonis yang berusaha melepaskan para Titan ke dunia pun juga tidak dijelaskan dengan baik.

Membawa pesan peduli lingkungan

Film Godzilla kali ini kembali mengangkat isu tentang lingkungan. Ide mengenai kelebihan populasi manusia di Bumi yang harus dikurangi memang sudah beberapa kali dibahas di beberapa film-film Hollywood. Contohnya saja, Inferno karya Dan Brown. Film ini juga mengisahkan mengenai penyelamatan umat manusia dari kehancuran akibat kelebihan populasi.

“Jangan merusak alam, kalau nggak nanti alam akan mengirim monster berkekuatan megaton. Ada simbiosis antara manusia, Godzilla, dan alam. Godzilla melindungi bumi dari monster dan juga manusia yang merusak. Jika kamu membuat film godzilla tanpa pesan tersebut, itu bukanlah film Godzilla. Itu hanya film raksasa biasa,” tegas Michael Dougherty saat diwawancarai.

Itulah sekilas review dari film Godzilla: King of the Monsters yang akan membawa kalian kepada ketengangan melihat pertarungan para monster di muka Bumi. Sayangnya, film ini mengecewakan di box office dengan hanya meraup $387,3 juta di seluruh dunia dengan anggaran produksi antara $170 – 200 juta dan biaya pemasaran antara $100 – 150 juta, menandainya sebagai film dengan pendapatan kotor terendah di MonsterVerse.

BACA JUGA: 5 Daftar Film Godzilla versi Amerika Serikat

BACA JUGA: 31 Daftar Film Godzilla Versi Jepang

IMDb memberi skor 6/10 dan RottenTomatoes memberi skor 42% dari 353 suara. Kalau kalian akan memberi skor berapa untuk film ini setelah menontonnya? Ikuti terus berita-berita terbaru di kanal Titip Jepang. Yuk baca artikel lainnya lainnya di sini!

Jangan lupa ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *